Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tips dari Konjen Osaka buat WNI yang Mau Kerja di Jepang
Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, John Tjahjanto Boestami. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • Krisis demografi di Jepang membuka peluang bagi WNI untuk bekerja di sana

  • WNI harus memenuhi kualifikasi perusahaan Jepang, termasuk kemampuan berbahasa Jepang

  • Pemerintah mendorong pelatihan tenaga kerja untuk WNI yang ingin bekerja di luar negeri, termasuk Jepang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Osaka, IDN Times - Krisis demografi di Jepang menyebabkan jumlah tenaga kerja menurun. Sejumlah perusahaan bahkan mendorong penerapan teknologi artificial intelligence atau akal imitasi (AI) untuk mengatasi penurunan populasi terparah di Jepang, seperti yang dilakukan JR West, salah satu operator kereta terbesar di Jepang.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, John Tjahjanto Boestami mengatakan, krisis demografi di Jepang sangat terasa di daerah sub-urban, atau di kota-kota kecil.

"Desa-desa atau kampung-kampung, sub-urbannya itu jadi sepi. Jadi ini juga termasuk tantangan," kata John dalam diskusi dengan awak media, dikutip Minggu (16/11/2025).

Sebagai informasi, Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi (MIC) Jepang mencatat populasi warga negaranya turun sebanyak 908.574 menjadi 120,65 juta per 1 Januari 2025. Ini menjadi tahun ke-16 berturut-turut populasi Jepang menurun, dengan hanya 686.061 kelahiran, dan hampir 1,6 juta kematian.

1. Bisa menjadi peluang bagi WNI untuk bekerja di Jepang

Potret trotoar di Midosuji Boulevard, Osaka, Jepang. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Kondisi tersebut, menurut John, bisa menjadi peluang bagi warga negara lain untuk mencari pekerjaan di Jepang, termasuk Warga Negara Indonesia (WNI).

"Gap ini, kekosongan ini mustinya bisa diisi oleh tenaga kerja. Kalau tidak ada tenaga kerja dari Jepang, ya tentunya Jepang mau tidak mau juga bisa memberikan kesempatan kepada tenaga kerja asing, orang asing untuk datang tinggal dan bekerja di Jepang," ucap John.

2. Harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan

Potret Kota Osaka dari ketinggian. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Meski peluangnya ada, WNI yang ingin kerja di Jepang harus memastikan dirinya memenuhi kualifikasi perusahaan Jepang.

"Sepanjang kualifikasi ini kita bisa penuhi, mutunya bagus, tenaga kerjanya datang di sini memang untuk bekerja secara baik dan benar, mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku, tidak lupa juga terkait dengan budaya di Jepang yang mungkin berbeda ya dengan negara yang lain atau notabene dengan Indonesia, ya tentunya kita harus siap," tutur John.

Salah satu kualifikasi yang paling utama harus dimiliki WNI untuk bekerja di Jepang adalah kemampuan berbahasa Jepang.

"Untuk bekerja di Jepang tentunya lebih bagus kalau yang bersangkutan bisa berbahasa Jepang, paling tidak untuk tahap dasar, kemampuan dasar berbahasa Jepang. Itu salah satunya," ucap John.

3. Pemerintah dorong pelatihan untuk WNI yang mau bekerja di luar negeri

Potret Kota Osaka dari ketinggian. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

John mengatakan, saat ini pemerintah mendorong pelatihan tenaga kerja untuk WNI yang mau bekerja di luar negeri, termasuk Jepang. Pihaknya memastikan akan memberikan dukungan kepada WNI yang ingin bekerja di Negeri Sakura tersebut.

"Pemerintah terus melakukan hal tersebut. Dan dari waktu ke waktu kita juga tentunya melihat mekanisme-mekanisme apa, pelatihan yang seperti apa yang cocok diberikan oleh kita kepada calon tenaga kerja atau calon pekerja yang akan datang dan bekerja di Jepang," tutur John.

Sebagai informasi, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) telah mengantongi kerja sama dengan sejumlah kementerian untuk meningkatkan pelatihan vokasi dan pemberdayaan ekonomi pekerja migran Indonesia (PMI). Kerja sama itu dilakukan untuk mempercepat peningkatan kualitas dan kompetensi calon pekerja migran.

Berdasarkan data KP2MI, Indonesia memiliki lebih dari 37 ribu lembaga pelatihan vokasi di tingkat pusat dan daerah. Sekitar 17 ribu di antaranya merupakan lembaga pelatihan yang dikelola berbagai kementerian dan lembaga, yang dapat menjadi wadah strategis dalam pembinaan dan penyiapan calon pekerja migran Indonesia.

Editorial Team