Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)
Dari faktor eksternal, pemulihan ekonomi diprediksi akan berjalan lebih lambat ketimbang negara-negara lainnya, khususnya negara di Eropa, walaupun rilis data manufaktur AS yang melesat tinggi di bulan Agustus. Institute for Supply Management (ISM) Selasa lalu melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur melesat menjadi 56 dari bulan Juli 54,2.
Sementara itu, Tiongkok mengatakan pada hari sebelumnya bahwa PMI jasa Caixin untuk Agustus adalah 54, sedikit turun dari pembacaan Juli di 54,1 tetapi masih menunjukkan pertumbuhan bulan keempat. Namun, data tersebut belum bisa dijadikan alasan ekonomi akan pulih lebih cepat.
"Apalagi kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunga acuannya menjadi 0,25, serta menerapkan kembali program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE), membuat perekonomian AS menjadi banjir likuiditas," ungkapnya.