Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ngobrol Seru IDN Times bersama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) akan mengakhiri masa jabatannya pada April 2023 mendatang. Buwas mengatakan, dirinya bangga dengan segala capaian selama menjabat sebagai Dirut Bulog lima tahun terakhir.

Menjelang purna tugasnya, Buwas kedapatan penugasan impor beras. Penugasan pertama dilakukan mulai akhir 2022, hingga 3 Maret 2023 lalu.

Namun, pada 15 Maret 2023 lalu, Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mengatakan Presiden Joko "Jokowi" Widodo memutuskan untuk kembali mengimpor 500 ribu ton beras. Impor akan dilaksanakan apabila benar-benar terjadi kekurangan stok beras, terutama di bulan Ramadan dan Idul Fitri 1444 Hijriah.

Buwas mengatakan, penugasan impor tentunya akan dibahas lebih lanjut di rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Adapun Bulog, menurutnya hanyalah pelaksana dari tugas yang diberikan pemerintah.

"Walaupun itu disampaikan Pak Mendag, kan belum tentu juga langsung Bulog melaksanakan. Karena nanti kan akan dibahas dalam forum rapat. Diputuskan berapa benangnya, real-nya. Kan itu ada Mentan yang sebagai pertanggungjawaban produksi daripada pertanian kita sendiri. Nanti ada menteri-menteri lain, termasuk Badan Pangan Nasional, neraca pangannya seperti apa. Kalau Bulog, kalau diperintah, sesuai dengan hasil keputusan rapat, dan datanya, faktanya seperti itu, ya untuk kebaikan, untuk kepentingan masyarakat, ya kenapa tidak?" kata Buwas dalam Ngobrol Seru by IDN Times, yang dikutip Selasa (21/3/2023).

Buwas juga bercerita dari mana asal-usul panggilan Buwas, bagaimana persiapan Bulog menghadapi bulan Ramadan dan Idul Fitri, serta memberikan tanggapan terkait isu jabatan Menteri Pertanian (Mentan). Simak perbincangan lengkap IDN Times bersama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso.

Anda akrab disapa Buwas, dari mana asalnya panggilan itu?

Pak Buwas ya? Wah itu asal-usulnya kejadian itu pada saat saya jadi Kabareskrim. Saya pada saat itu kan melakukan penegakan hukum yang di antaranya salah satunya adalah berkaitan dengan penanganan kasus laporan yang melibatkan Ketua KPK. Nah, pada saat itu Ketua KPK itu yang dilaporkan itu namanya kalau disingkat BW. Nama saya kalau disingkat juga BW.

Nah, itu lah wartawan yang buat. Kenapa? Masa BW tangkap BW. Nah, ya kan. BW ditangkap sama Buwas, ditangkap oleh Buwas. Nah di situlah mulai nama saya itu ya akhirnya sebutannya ya Buwas ya. Karena pada saat itu dianggap saya kontroversial, maka terus dianggap wah ini memang binatang buas, namanya cocok.

Ganas gitu ya. Apa saja dihajar juga. Ya, itu. Tapi ya memang sampai hari ini ya akrab juga dipanggil nama Buwas. Ya gak apa-apa sih.

Gak apa-apa, gak ada masalah. Kan sekarang jadi lebih familiar. Masyarakat juga mengenal, lebih familiar. Toh niatnya baik, gak ada konotasi negatif. Gak apa-apa.

Sebentar lagi memasuki Ramadan dan Idul Fitri. Selain beras, apa saja komoditas yang jadi fokus utama Bulog untuk operasi pasar atau SPHP?

Editorial Team

Tonton lebih seru di