Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat
Jadi satu kita harus pahami dulu bahwa semua obat-obat yang tadi itu bukan lah obat COVID-19, karena obat COVID-19 itu satu pun belum ada di dunia ini. Semua orang paham dulu, tapi obat-obat ini diyakini cukup efektif untuk mengobati beberapa gejala tertentu yang ada di pasien-pasien COVID-19.
Sehingga nanti kalau kita lihat dari protokol pengobatan, obat itu gak berdiri sendiri, dia tidak hanya sekadar Hidroksiklorokuin yang dipakai, tapi juga ada obat lain seperti Azithromycin dan mungkin obat-obat lain vitamin atau pun yang lain, seperti itu.
Nah, kita semua meyakini pada saat protokol WHO mengatakan bahwa lagi dilakukan social semacam uji trial semacam clinical trial bersama. Kita mereverse sebenarnya klinis protokol obat-obatan yang dibikin oleh WHO, di mana Klorokuin serta Hidroksiklorokuin itu merupakan bagian yang lagi dilakukan uji klinisnya oleh WHO, dengan beberapa negara.
Dan kita selalu mendapatkan update tentang efektivitas dari uji klinis yang sedang berjalan. Jadi kenapa ada kejadian beberapa penduduk yang seperti di Afrika, Nigeria, ataupun beberapa tempat keracunan? Karena memang obat ini bukan obat pencegahan, dan obat ini adalah obat kuat yang harus diminum berdasarkan rekomendasi dokter.
Jadi tidak disebutkan orang meminum dengan seperti orang meminum obat bebas, seperti minum vitamin. Penggunaan Hidroksiklorokuin dan penggunaan Klorokuin serta obat-obat penanganan COVI-19 lainnya itu harus mendapatkan rekomendasi dan di bawah pengawasan dokter. Ini yang kita sosialisasikan.
Jadi saya bisa cerita pada saat Hidroksiklokuin ini namanya tiba-tiba meledak di market, itu memang banyak orang yang nyari, apotek-apotek Kimia Farma itu diserbu oleh orang yang pingin mendapatkan obat itu.
Tapi kita mengatakan kepada mereka, ini bukan obat untuk pencegahan, ini adalah obat yang bisa digunakan untuk mengatasi gejala tertentu dan harus mendapatkan rekomendasi, serta di bawah pengawasan dokter bukan obat bebas. Sehingga kita tidak jualan itu obat-obat itu di apotek hanya berdasarkan rekomendasi dokter.
Transkrip: Riska Maulida