Jakarta, IDN Times - Sektor properti sempat terguncang akibat pandemik COVID-19. Namun hal tersebut tidak terlalu dirasakan oleh Rukita, startup di bidang properti yang menawarkan layanan hunian co-living.
Co-living atau communal living adalah sebuah konsep tinggal di sebuah hunian bersama orang lain sebagai satu komunitas.
Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy mengatakan, bisnis co-living Rukita justru tidak terlalu terdampak pandemik. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) justru mendorong okupansi bisnis co-living Rukita tetap positif.
"Saat pandemik ini dengan (kebijakan) PPKM dan lockdown, tapi okupansi Rukita itu masih bagus. Kenapa? karena hunian itu kan kecil, maksudnya para tenant (penyewa) kita gak bisa di satu rumah, jadi harus ada displacement karena kita tau semua orang WFH dan milih WFH dari Rukita. Karena servis dan standarisasi yang bagus, lalu kita masukkan healthcare desinfektan, kalau ada yang COVID juga masukin RS," kata Sabrina dalam wawancara khusus bersama IDN Times beberapa waktu lalu.
Pandemik belum usai, kini ekonomi dunia tengah dihantui bayang-bayang resesi global. Sejumlah negara bahkan sudah terjerembab ke dalam jurang resesi, sebut saja Rusia, Sri Lanka, Hongkong, Afghanistan dan lainnya.
Berbagai lembaga juga memprediksi dan memberi peringatan soal potensi resesi. Hal ini tentu menjadi alarm bagi ekonomi semua negara.
Meski begitu, Sabrina menuturkan bahwa sektor properti tetap percaya diri menatap 2023. Ia meyakini bahwa ekonomi Indonesia akan baik-baik saja tahun depan.
Dalam wawancara bersama IDN Times, Sabrina juga turut memaparkan prospek bisnis sewa hunian jangka panjang (salah-satunya co-living) sampai saat ini. Untuk lebih lengkapnya, berikut wawancara lengkap IDN Times bersama Sabrina Soewatdy.