Ilustrasi Perjanjian (IDN Times/Arief Rahmat)
Saya gak tahu persis ya, tapi kalau kita kontrak panjang-panjang itu juga gak ada yang berani karena peraturan kita ini kan berubah-berubah. Kita ini untuk kredit aja gak berani, banknya juga gak ada yang berani ngasih, kenapa? karena tadi, aturannya sangat berubah-berubah dengan cepat.
Kayak waktu itu kita waktu di-banned tahun 2014 kan banyak semua kolaps karena dia harus bayar bunga bank, harus dihentikan semua. Tadinya kan masih berharap ada relaksasi karena memang smelter juga belum terejawantahkan, belum jadi itu, belum ada yang bisa terealisasi dari di atas 50 pemegang IUP. Sekarang ini hanya 30-an sekian pemegang IUP, yang 50 sekian aja hanya 1, apalagi yang 30 ini.
Nah ini perlu adanya roadmap lah, roadmap-nya sudah ada, tapi apakah roadmap itu sudah sesuai dengan semua stakeholder dan pemain atau para pengusaha yang berkecimpung di bidangnya? Kalau hanya dibuat oleh pemerintah kan sepihak. Artinya pemerintah itu kan maunya pokoke, kalau pokoke itu susah sekarang.
Kalau kita berkaca pada proses hilirisasi di China itu berdarah-darah mereka kalau saya lihat historinya ya. Mereka itu kan beda ya karena mungkin pemerintahnya juga beda. Kalau mereka itu kan menyediakan sarananya dulu, jadi jalan dikasih, tempat dikasih, powerplant dikasih, pelabuhan dikasih, you tinggal bangun smelternya, kalau ada yang ganggu urusan pemerintah, akan disapu bersih. Kalau ini gak, pelabuhan bikin sendiri, jalan bikin sendiri, powerplant bikin sendiri, terus kedua urusan sosial kita sendiri.
Terus kedua kalau ini disebut proyek feasible mestinya Himbara mau mendanai dong? Kan pemerintah kita punya banyak duit. Kita gak cengeng kok, pengusaha kita ini gak cengeng cuma ya proporsional aja. Kalau memang kita kesulitan di pendanaan ya equity ditambahlah, atau ada jaminan lah dari bank pemerintah untuk bank asing. Bank pemerintah mengatakan itu tidak feasible, gimana? kan anomali kan? Terus bagaimana kita memamerkan kita keluar orang bank kita aja gak bisa terima, 'kapan BEP-nya segala' segala macam 'pokoknya ini anu-anu' ya macam-macam lah, itu proses panjanglah, udah kita mau ke Mandiri, mau BNI, udah itu proses panjanglah, gak ada ujungnya.
Nah, apalagi kita yang cari investor, terus kita jelasin sama mereka, you mau bangun, you punya duit berapa? 'saya punya duit segini' ya kurang lah gitu misalnya. Nah, equity kan harus ditambah. Modal kita ada cuma kan harus di-backup juga oleh banklah.