Jakarta, IDN Times - Membangun sebuah brand bukanlah perkara mudah. Apalagi jika tidak ingin menjadi sekadar brand yang berorientasi pada penjualan produk. Uniqlo sebagai brand di bawah perusahaan holding retail multinasional, Fast Retailing Inc, punya filosofi kuat dalam membangun dan mengembangkan diri.
Perusahaan clothing apparel asal Yamaguchi Jepang ini, dikenal luas karena memiliki banyak inovasi ramah lingkungan dalam produk-produknya. Uniqlo juga terkenal dengan berbagai kolaborasi dengan para seniman dalam koleksi desain pakaiannya.
Meski punya segudang desain dan teknologi canggih, brand yang didirikan oleh Tadashi Yanai pada 1949 ini menolak disebut sebagai perusahaan fashion. Mereka lebih suka disebut sebagai perusahaan retail yang menyediakan kebutuhan pakaian bagi orang sehari-hari.
Bagaimana proses mengembangkan brand Uniqlo dengan campaign LifeWear yang menjadi filosofi mereka? President of Global Creative for Fast Retailing Inc, John C Jay, adalah salah satu orang yang paling tahu jawabannya.
Jay sudah mengenal Yanai sejak 1998. Dia bahkan orang yang membuat brand campaign pertama untuk Uniqlo. "Saat itu LifeWear bahkan belum menjadi sebuah kata," ujarnya. Namun, Jay baru resmi bergabung dengan perusahaan tersebut tujuh tahun lalu.
Seperti apa konsep brand Uniqlo hingga bisa tumbuh kuat seperti saat ini? Berikut wawancara IDN Times dengan John C Jay.