Ragam produk Nona Rara Batik. (dok. Nona Rara Batik)
Itu pertanyaan yang selalu ditanyakan dan saya suka bingung menjawabnya, tapi kalau bisa cerita sedikit aku dulu kan kecil di Solo, tinggal sama eyang yang memang punya usaha pengrajin batik. Usaha dari keluarga ini kan kemudian gulung tikar sih pas krismon (1998).
Cuma ya aku dan kakakku sebenarnya juga nggak dipersiapkan sih untuk melanjutkan bisnis batik atau semacamnya. Kami kuliah kayak biasa, lalu lulus, terus bekerja jadi karyawan. Nah di situ jadi cikal bakalnya si Nona Rara karena pas kami kerja itu punya problem.
Kami kan memang suka pakai batik cuma sekitar 10-11 tahun yang lalu kami sulit mencari batik untuk bisa dipakai dalam kegiatan sehari-hari, yang ada di pasaran itu kecenderungannya adalah batik yang kesannya tua atau gak memang batik yang dibuat untuk undangan atau kalau nggak harganya juga selangit.
Nah dari situ, aku sama kakakku, Mba Atik kan memang senang banget belanja kain dan kita mulai ngejahitin kain-kain kita nih. Kita pakai satu eh ada teman nanyain kok lucu, terus kita bikinin dari satu jadi dua, dari dua jadi empat, empat jadi delapan. Ya sebenarnya mengalir aja gitu sih sampai pada tahun 2011 kita memberanikan diri ada offline store di ITC Kuningan.
Semuanya mengalir aja sih dan mungkin alam semesta juga mendukung karena tahun-tahun setelahnya beberapa perkantoran seperti pemda, kantor swasta, dan bank mengharuskan pegawainya pakai batik di hari tertentu. Jadi ya itu juga salah satu support yang cukup besar dalam perjananan Nona Rara di awal-awal.
2011 jadi tahun kelahiran Nona Rara tapi sebenarnya mulai merintis itu awalnya setahun sebelumnya.