Jadi waktu saya mendapat tugas ini, Presiden bilang bahwa ada lima destinasi superprioritas. Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang di Sulawesi Utara.
Saya diminta menyiapkan lima destinasi super prioritas ini secara totalitas. Bukan hanya infrastruktur, bukan hanya interkoneksi jaringan, tapi juga bicara mengenai kesiapan ekonomi kreatif nya, produk-produknya, kulinernya, calender of event-nya, juga bicara mengenai fashion, bicara mengenai produk-produk kerajinan tangannya, animasinya, film, musik dan sebagainya.
Saya bargain ke Pak Presiden, “Pak, betul ini lima (destinasi wisata superprioritas) kita siapkan untuk tahun ini. Tapi boleh gak saya menyentuh destinasi yang selama ini sudah menjadi tulang punggung dan sekarang paling suffer karena di kuartal ketiga dia minus 12 persen, di kuartal keempat minus 12 persen, yaitu Bali.”
Saya bilang, Bali ini adalah destinasi bukan superprioritas tapi destinasi tulang punggung. Karena setengah daripada kalau kita bicara pariwisata dan ekonomi kreatif itu ada di Bali. 50 persen.
Saya dapat izin dari beliau, saya akan fokus di tiga destinasi tulang punggung yaitu Bali, Jakarta dan sekitarnya, juga dengan Batam dan Bintan yaitu di Kepulauan Riau.
Saya lihat bahwa pendekatan inovasi, kolaborasi, adaptasi enggak cukup. Saya bilang harus ada 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan juga mencuci tangan. Karena ini adalah bagian daripada kita menghadapi pandemik. Kita harus tekan angka penularan COVID-19 ini sebisa mungkin.
Tapi juga ada 3G, selain 3M ada 3G. Kalau 3T kan testing, tracing dan treatment.
3G ini gercep, “G” yang pertama gerak cepat. We don't have much time, kita benar-benar harus bergerak cepat. Karena kalau kita terlambat sektor ini akan menghadapi permanent damage, akan ada kerusakan yang jauh lebih permanen.
Yang kedua “G” nya adalah geber. Singkatan dari gerakan bersama, gerak bersama. Dengan gerak bersama, kita harus orkestrasi, sinkronisasi dengan kementerian/lembaga lainnya dan juga dengan pengusaha, institusi pendidikan, masyarakat dan media.
Ketiga, “G” nya adalah gaspol. Gaspol itu singkatan dari garap semua potensi untuk bisa bertahan dan bangkit. Itu adaptasi kita.
Dan kita juga punya sertifikasi Clean, Health, Safety, Environmental sustainability (CHSE) juga. Kita sekarang kan pakai big data, kita punya promosi akan lebih jauh ke arah wisatawan Nusantara. Karena itu yang lebih bisa kita harapakan paling tidak satu tahun ke depan. Big data ini juga memberikan ruang kita lebih targeted dan segmented.
Kita di pariwisata dan ekonomi kreatif juga harus menyesuaikan, what would be the interest of millennial travel? Berapa lama mereka memutuskan untuk pergi? Berapa lama length of stay? Bagaimana dia memikirkan untuk tinggal dimana maupun apa yang dia konsumsi? Itu yang menjadi bagian dari pada penyesuaian kita di big data ini.