Ilustrasi perusahaan garmen. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, mengatakan pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia melambat pada pertengahan menuju kuartal kedua.
"Perkembangan utama pada survei terbaru adalah penurunan permintaan baru karena kondisi ekonomi domestik dan global yang lebih lemah memengaruhi permintaan baru," ucapnya dalam laporan tertulisnya, Senin (5/6/2023).
Penurunan manufaktur Indonesia, disebabkan permintaan yang lebih lemah menyebabkan tekanan harga bagi produsen Indonesia semakin berkurang. Artinya, inflasi harga jual yang lebih rendah di sektor produksi barang. Hal itu mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter.
"Tekanan harga terus mereda di seluruh sektor manufaktur Indonesia pada pertengahan menuju kuartal II. Secara keseluruhan, harga input meningkat pada laju yang sangat lambat sejak bulan November 2020, dengan perusahaan sering menyebut harga bahan mentah yang lebih lemah naik pada bulan Mei," ucapnya.
Sentimen bisnis ke depan, kata Jingyi Pan, akan tetap suram, dengan tingkat kepercayaan semakin turun dibawah rata-rata pada Mei.
"Ini semakin mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan (kinerja ekonomi) di tahun depan," imbuhnya.