Pernahkah kamu mendengar tentang xenocurrency? Mungkin bagi kebanyakan orang, istilah ini masih sangat asing di telinga.
Nah, untuk menambah pengetahuan mu, akan dibahas lebih dalam mengenai xenocurrency. Simak selengkapnya di sini.
Pernahkah kamu mendengar tentang xenocurrency? Mungkin bagi kebanyakan orang, istilah ini masih sangat asing di telinga.
Nah, untuk menambah pengetahuan mu, akan dibahas lebih dalam mengenai xenocurrency. Simak selengkapnya di sini.
Xenocurrency merupakan sebuah istilah yang dikembangkan pada 1971 oleh ekonom Austria-Amerika, Fritz Machlup. Saat itu, Fritz sendiri menjabat sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Internasional pada tahun 1971 hingga tahun 1974.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada tabungan dan pinjaman yang disimpan dalam bentuk mata uang asing di negara lain. Namun, saat ini orang lebih mengenalnya dengan istilah foreign currency atau forex atau valuta asing atau juga valas.
Xenocurrency ini juga sering dikaitkan dengan Euro dan cryptocurrency. Hal ini dikarenakan Euro merupakan mata uang yang menjadi alat tukar resmi di 19 negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Sedangkan cryptocurrency tergolong merupakan mata uang jenis baru yang tidak diterbitkan oleh bank sentral dan bisa diperdagangkan di negara mana pun.
Contoh dari xenocurrency sendiri sangat beragam. Salah satunya adalah saat kamu menyimpan uang rupiah di bank yang berada di Singapura. Nantinya, kamu akan bertransaksi di sana menggunakan uang tersebut.
Selain itu, xenocurrency juga terjadi dalam mata uang dolar Amerika atau USD. Kamu bisa menggunakannya mata uang tersebut di Meksiko untuk membeli sebuah properti atau melakukan aktivitas bisnis tertentu.
Xenocurrency tidak hanya digunakan dalam dunia perdagangan saja. Namun saat ini juga dijadikan sebagai instrumen investasi dan trading.
Tentunya ada keuntungan dan juga risiko yang perlu kamu ketahui dalam berinvestasi dalam xenocurrency. Berikut beberapa di antaranya:
Keuntungan
Risiko
Itulah pembahasan mengenai xenocurrency yang istilahnya tidak banyak diketahui oleh banyak orang. Bahkan saat ini istilah tersebut tidak digunakan karena dianggap memiliki konotasi negatif dalam bahasa inggris.