Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan; Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi; Direktur Utama Bulog, Budi Waseso meninjau pembongkaran impor beras di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. (dok. Kemendag)
Zulhas mengatakan, sebelum melakukan impor, Bulog kesulitan memperoleh pasokan beras di dalam negeri untuk menambah volume CBP. Selain tak ada lagi panen di akhir tahun, terjadi lonjakan harga, jauh di atas biaya pengadaan CBP. Meski stok CBP terus menipis, Zulhas mengatakan Bulog tetap melakukan operasi pasar untuk stabilisasi harga beras.
"Terus digelontorkan, karena itu stoknya bulog berkurang banyak. Karena itu musti cari. Kalau kurang kan confidence pasar terganggu. Akhirnya kita ratas, beli di pasar harga berapa saja, kabulog bahkan bisa beli di atas Rp5 ribu, bahkan mencapai Rp6 ribu. Beras itu terakhir di Rp10.200, dicari tapi tidak dapat," kata Zulhas.
Zulhas mengatakan, jika stok CBP kian menipis, bisa menimbulkan sentimen di pasar yang menyebabkan harga beras tak terkendali.
"Kita tidak mau, karena beras ini kan makanan pokok di Indonesia. Kita sudah tiga kali enam hari mencoba mencari tapi tidak dapat. Jadi kita putuskan impor, untuk menambah cadangan Bulog sebanyak 500 ribu. Ini yang baru datang 200 ribu," kata Zulhas.