foto pesawat Garuda Indonesia (pexels.com/Fabrian Pradanaputra)
Bidang ketiga yang akan diulas adalah Garuda Indonesia, meski kepemilikan dan kondisi perusahaan ini sedikit lebih kompleks dibandingkan dua sebelumnya. Garuda merupakan maskapai nasional yang beberapa waktu terdampak besar pandemi dan restrukturisasi.
Kepemilikan disebutkan lewat entitas PT Trans Airways (afiliasi CT) dengan porsi saham 28,26 persen dalam modal ditempatkan dan disetor. Harga saham yang tercatat terakhir sekitar Rp 88 per lembar dalam suatu laporan. Kapitalisasi pasar diperkirakan di kisaran Rp8 triliun (menurut laporan) untuk harga dan jumlah saham yang relatif kecil. Kinerja saham GIAA di tahun 2025 menunjukkan kenaikan sekitar 62,69 persen sejak awal tahun dari harga kisaran Rp50 per saham.
Namun, perlu diingat bahwa saham Garuda menghadapi risiko besar karena adanya utang yang tinggi, restrukturisasi, dan intervensi pemerintah membuat kondisi menjadi kurang stabil. Jika kamu mempertimbangkan untuk “ikut” dalam saham milik Chairul Tanjung via Garuda, maka harus siap untuk volatilitas dan likuiditas yang lebih tinggi.
Kini kamu sudah mendapatkan gambaran bagaimana saham milik Chairul Tanjung tersebar di sektor-sektor berbeda, kan. Setiap sektor punya karakter yang khas, yaitu stabilitas relatif tinggi tapi pertumbuhan moderat untuk perbankan konvensional, pertumbuhan agresif tapi risiko besar untuk bank digital, dan potensi pemulihan tapi risiko tinggi untuk maskapai penerbangan.
Kalau kamu tertarik untuk mengeksplor lebih dalam, perhatikan laporan keuangan terbaru, integrasi bisnis masing-masing emiten dengan ekosistem CT Corp, serta tren makro seperti suku bunga, digitalisasi, dan pemulihan sektor pariwisata, ya. Semoga artikel ini membantu kamu memahami lebih jelas tentang portofolio saham milik Chairul Tanjung.