Jakarta, IDN Times - Di tengah dinamika ekonomi dan meningkatnya tekanan biaya hidup, masyarakat Indonesia kini terlihat semakin berhati-hati dan selektif dalam mengelola dana mereka. Hal ini tercermin dari kecenderungan masyarakat memilih instrumen penyimpanan dana yang dinilai aman dan stabil, terutama pada deposito dan tabungan digital.
Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Juli 2025 menunjukkan, pertumbuhan tabungan masyarakat dengan nominal di bawah Rp100 juta hanya mencapai 4,76 persen year on year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu (4,89 persen). Penurunan suku bunga acuan BI juga turut memengaruhi keputusan masyarakat untuk menahan penempatan dana pada produk tabungan.
Di sisi lain, tabungan serta deposito tetap menjadi instrumen yang dianggap mampu memberikan perlindungan nilai dana, sekaligus imbal hasil lebih stabil. Tren ini juga sejalan dengan hasil riset dalam laporan Ipsos Cost of Living 2025 yang mencatat hanya 25 persen masyarakat Indonesia merasa kondisi finansial mereka berada pada kategori “doing alright” atau dalam kondisi cukup baik. Kondisi inilah yang membuat masyarakat semakin cermat dalam memilih layanan dan platform penyimpanan dana.
Dalam rangka memahami preferensi masyarakat terhadap layanan tabungan dan deposito digital, Ipsos sebagai salah satu perusahaan riset pasar di dunia merilis survei terbarunya yang menunjukkan, masyarakat Indonesia kini semakin memprioritaskan keamanan, stabilitas aplikasi, kemudahan pencairan dana, hingga efisiensi biaya layanan dalam memilih platform tabungan hingga deposito digital.
Adapun survei ini melibatkan 300 responden di Indonesia dan menilai persepsi pengguna terhadap sejumlah aplikasi bank digital yang terus berkembang di pasar.
