Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perbedaan SBN dan deposito, mana investasi yang menguntungkan? (pixabay.com/u_6af2f287zu)
ilustrasi perbedaan SBN dan deposito, mana investasi yang menguntungkan? (pixabay.com/u_6af2f287zu)

Intinya sih...

  • SBN adalah instrumen investasi berupa dokumen bernilai yang dikeluarkan pemerintah, seperti ORI, SBR, SR, ST, dan CWLS.

  • Deposito merupakan produk simpanan dari bank dengan jenis berjangka, sertifikat, on call, dan valas.

  • Perbedaan mendasar terletak pada penerbit (pemerintah vs bank), keuntungan (kupon dan pajak), likuiditas (early redemption), dan modal awal.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Guys, ada banyak investasi yang profitabel di masa sekarang, seperti reksa dana, emas, saham, hingga obligasi. Namun, dua instrumen yang kerap disarankan di kalangan investor pemula adalah SBN dan deposito. Lalu, apa perbedaan SBN dan deposito?

Keduanya memang bisa memberikan manfaat finansial, tetapi kita harus memikirkan faktor-faktor lain seperti tujuan, profil risiko, dan rencana keuangan. Yuk, telusuri lebih lanjut!


1. Apa itu SBN? Yuk, kupas lebih dalam

ilustrasi perbedaan SBN dan deposito, mana investasi yang menguntungkan? (pixabay.com/Tumisu)

SBN atau Surat Berharga Negara adalah instrumen investasi berupa dokumen bernilai yang dikeluarkan pemerintah. Tujuannya adalah mendanai kebijakan negara, termasuk pembangunan infrastruktur, manajemen utang negara, dan menutup kekurangan kas jangka pendek.

Membeli SBN sama artinya dengan memberikan pinjaman ke pemerintah. Sebagai imbalannya, kita akan menerima pengembalian pokok investasi ditambah imbal hasil (kupon) yang dibayarkan secara berkala sampai jatuh tempo. Berikut jenis SBN yang perlu kita kenali:

1. Obligasi Ritel Indonesia (ORI)

ORI adalah SBN yang paling populer di kalangan investor karena bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Artinya, jika kita butuh dana sebelum jatuh tempo, ORI bisa dijual dan kita bisa mendapatkan keuntungan modal jika harganya naik. Kupon ORI bersifat tetap (fixed rate), sehingga hasil yang diterima sudah pasti.

2. Saving Bond Ritel (SBR)

SBR hampir mirip dengan ORI tetapi tidak bisa diperjualbelikan di pasar sekunder. Meski begitu, SBR memiliki fitur early redemption yang memungkinkan kita mencairkan sebagian dana sebelum jatuh tempo. Kuponnya bersifat mengambang dengan batas minimal (floating with floor), sehingga mengikuti suku bunga BI tapi tetap aman.

3. Sukuk Ritel (SR)
Sukuk Ritel ditujukan bagi investor yang ingin berinvestasi sesuai prinsip syariah. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk proyek-proyek halal, sehingga cocok untuk kita yang ingin berinvestasi sekaligus menjaga kepatuhan syariah. Sama seperti ORI, SR juga bisa diperdagangkan di pasar sekunder sehingga lebih fleksibel.

4. Sukuk Tabungan (ST)

Sukuk Tabungan memiliki karakteristik mirip dengan SBR, yaitu gak bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Namun, ST juga memiliki fitur early redemption yang memberikan keleluasaan mencairkan sebagian dana. Kupon ST bersifat mengambang dengan batas minimal, sehingga cocok untuk kita yang ingin investasi aman dengan potensi imbal hasil menyesuaikan suku bunga.

5. Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)

CWLS adalah inovasi terbaru dari pemerintah yang menggabungkan investasi dan ibadah wakaf. Dengan membeli CWLS, kita gak hanya mendapatkan imbal hasil tetapi juga berkontribusi pada program sosial yang didanai pemerintah. Instrumen ini sangat cocok untuk kita yang ingin berinvestasi sambil memberi manfaat kepada masyarakat luas.


2. Deposito, si simpanan berbunga tetap

ilustrasi perbedaan SBN dan deposito, mana investasi yang menguntungkan? (pixabay.com/nattanan23)

Deposito merupakan produk simpanan dari bank yang memiliki sistem penyetoran dana di awal dan hanya bisa ditarik sesuai jangka waktu yang disepakati. Jangka waktu ini bisa 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, hingga 24 bulan.

Bunga deposito cenderung lebih tinggi dibanding tabungan biasa, berkisar antara 3–7 persen per tahun. Keunggulannya adalah aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga batas tertentu, sehingga risiko kerugian relatif rendah. Namun, jika kita mencairkan deposito sebelum jatuh tempo, biasanya ada penalti atau bunga yang hangus.

Berikut jenis deposito yang perlu kita ketahui:

1. Deposito berjangka

Ini adalah jenis deposito paling populer di Indonesia. Kita menyimpan dana dengan jangka waktu tertentu yang disepakati sejak awal, misalnya 1, 3, 6, atau 12 bulan. Dana hanya bisa dicairkan saat jatuh tempo, sehingga cocok bagi kita yang ingin menahan diri agar gak mudah menghabiskan uang.

2. Sertifikat deposito

Sertifikat deposito berbentuk sertifikat yang dapat dipindahtangankan. Artinya, jika kita membutuhkan dana, sertifikat ini bisa dijual kepada pihak lain sebelum jatuh tempo. Sertifikat deposito biasanya memiliki bunga yang tetap dan lebih fleksibel dibanding deposito berjangka.

3. Deposito on call

Deposito on call memiliki jangka waktu sangat pendek, mulai dari 7 hari hingga kurang dari 1 bulan. Jenis ini cocok bagi kita yang memiliki dana besar tetapi ingin menyimpannya untuk jangka waktu singkat dengan bunga lebih tinggi daripada tabungan. Pencairannya bisa dilakukan setelah memberi pemberitahuan beberapa hari sebelumnya kepada bank.

4. Deposito valas

Jenis ini menggunakan mata uang asing seperti dolar Amerika Serikat, dolar Singapura, atau euro sebagai simpanan. Cocok bagi kita yang memiliki kebutuhan transaksi internasional atau ingin melindungi dana dari fluktuasi rupiah. Namun, kita juga harus memperhatikan risiko nilai tukar karena bisa mempengaruhi keuntungan yang kita terima.

3. Penerbit, produk, dan jaminan: Mana yang lebih aman?

ilustrasi perbedaan SBN dan deposito, mana investasi yang menguntungkan? (pixabay.com/nattanan23)

Perbedaan paling mendasar ada pada pihak penerbit. SBN diterbitkan pemerintah, sedangkan deposito diterbitkan oleh bank. Karena itu, jaminan SBN datang langsung dari negara, sementara deposito dijamin oleh LPS dengan batas nominal tertentu.

SBN memiliki beberapa produk seperti ORI, SBR, SR, ST, dan bahkan CWLS untuk investor yang ingin berinvestasi sekaligus berwakaf. Deposito pun punya beberapa jenis, seperti deposito berjangka, deposito on call, dan sertifikat deposito. Dengan memahami jenis produk, kita bisa memilih yang paling sesuai dengan rencana keuangan kita.


4. Risiko, keuntungan, dan pajak: Mana yang lebih menguntungkan?

ilustrasi perbedaan SBN dan Obligasi, panduan buat investor pemula (pexels.com/RDNE Stock project)

Keuntungan SBN umumnya lebih tinggi dari deposito, dengan kupon berkisar 5–7 persen per tahun. Pajak SBN juga lebih ringan, yaitu 10 persen dibanding deposito yang mencapai 20 persen. Inilah sebabnya banyak investor yang mengejar SBN ketika masa penawarannya dibuka.

Deposito tetap menjadi pilihan jika kita mencari ketenangan karena nilainya gak fluktuatif. Namun, keuntungan bersihnya bisa kalah dari inflasi. Jadi, jika kita ingin menjaga daya beli uang sekaligus mencari imbal hasil lebih besar, SBN bisa jadi lebih menarik.


5. Likuiditas dan fleksibilitas: Bisa dicairkan dengan mudah atau gak?

ilustrasi obligasi (pixabay.com/ccfb)

Likuiditas jadi salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan. SBN tertentu seperti SBR punya fitur early redemption sehingga bisa dicairkan sebagian sebelum jatuh tempo. Selain itu, SBN bisa diperdagangkan di pasar sekunder, memberi kita peluang meraih keuntungan modal tambahan.

Sebaliknya, deposito gak bisa diperdagangkan. Jika kita ingin mencairkan sebelum jatuh tempo, akan ada penalti atau bunga hangus. Jadi, deposito cocok untuk dana yang benar-benar ingin “diparkir” tanpa diganggu gugat.


6. Modal awal: Mana yang lebih ramah untuk pemula?

ilustrasi deposito bank (pexels.com/Monstera)

Modal awal SBN ritel biasanya dimulai dari Rp1–5 juta, jumlah yang relatif terjangkau. Ini membuat SBN cocok untuk investor pemula yang ingin mencoba berinvestasi secara bertahap.

Deposito juga fleksibel, tetapi nominal minimumnya bergantung pada kebijakan bank. Ada bank yang menawarkan deposito mulai Rp1 juta, tetapi ada juga yang mensyaratkan nominal lebih besar, contohnya Rp10 juta.

Setelah kita bahas panjang lebar, perbedaan SBN dan deposito. Kamu bisa melihat manakah yang ingin kamu pilih. Kalau tujuan kita adalah mencari imbal hasil yang lebih tinggi sekaligus mendukung pembangunan negara, SBN bisa jadi pilihan cerdas. Namun, jika kita ingin investasi yang lebih sederhana dan stabil tanpa banyak pergerakan harga, deposito tetap relevan. Yuk, mulai investasi sekarang supaya masa depan kita lebih terjamin!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team