ilustrasi uang (freepik.com/ dhvisuality)
Setelah Ibukota Jakarta, istilah goceng juga populer di daerah Riau Bangka Belitung, Surabaya, Medan dan Makassar. Hal ini dikarenakan para pendatang asal Tionghoa tersebar di berbagai daerah-daerah di Tanah Air yang telah disebutkan tadi.
Istilah bahasa Hokkien yang mungkin harus kamu ketahui
1. Satuan:
- 1 = It
- 2 = Ji atau No (untuk bilangan ratusan ke atas)
- 3 = Sa
- 4 = Si
- 5 = Go
- 6 = Lak
- 7 = Cit
- 8 = Pek
- 9 = Kau
2. Belasan:
- 10= Cap
- 11 = Cap it
- 12 = Cap ji
- 13 = Cap sa
- 14 = Cap si
- 15 = Cap go
- 16 = Cap lak
- 17 = Cap cit
- 18 = Cap pek
- 19 = Cap kau
3. Puluhan:
- 20 = Ji cap
- 30 = Sa cap
- 40 = Si cap
- 50 = Go cap
- 60 = Lak cap
- 70 = Cit cap
- 80 = Pek cap
- 90 = Kau cap
4. Ratusan:
- 100 = Ce pek
- 200 = No pek
- 300 = Sa pek
- 400 = Si pek
- 500 = Go pek
- 600 = Lak pek
- 700 = Cit oek
- 800 = Pek pa tun
- 900 = Kau pek
5. Ribuan:
- 1000 = Seceng
- 2000 = No ceng
- 3000 = Sa ceng
- 4000 = Si ceng
- 5000 = Go ceng
- 6000 = Lak ceng
- 7000 = Cit ceng
- 8000 = Pek ceng
- 9000 = Kau ceng
- 10000 = Ce ban
6. Puluhan ribu:
- 10 ribu = ceban
- 15 ribu = ban go
- 20 ribu = no ban
- 25 ribu = no ban go
- 30 ribu = sa ban
- 35 ribu = sa ban go
- 40 ribu = si ban
- 45 ribu = si ban go
- 50 ribu = go ban
- 60 ribu = lak ban
- 70 ribu = cit ban
- 80 ribu = pek ban
- 90 ribu = kau pan
7. Ratusan ribu:
- 100 ribu = ce pek ceng
- 125 ribu = pek ji go (umumnya orang paham 125 ribu)
- 110 ribu = pek it
- 120 ribu = pek ji
- 130 rbiu = pek sa
- 140 ribu = pek si
- 150 ribu = pek go
- 160 ribu = pek lak
- 170 ribu = pek cit
- 180 ribu = pak pek
- 190 ribu = pek kau
- 200 ribu = nopek ceng
- 250 ribu = nopek go
- 300 ribu = sa pek ceng
- 350 ribu = sa pek go
- 400 ribu = si pek ceng
- 500 ribu = go pek ceng
- 600 ribu = lak pek ceng
- 700 ribu = cit pek ceng
- 800 ribu = pek pak ceng
- 900 ribu = kau pek ceng
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa goceng merupakan istilah yang berasal dari dialek Hokkien dan memiliki arti lima ribu atau 5.000. Istilah ini dibawa oleh pendatang yang berasal dari Tionghoa dan berdagang di Tanah Air Indonesia.
Istilah ini sudah melekat di masyarakat Indonesia khususnya Ibukota Jakarta, dan sudah menjadi kosakata yang sudah biasa digunakan di masyarakat.