Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_5209.jpeg
Kepala Biro Banking Research & Analytics BCA Victor George Petrus Matindas. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • BCA memprediksi pertumbuhan kredit perbankan bakal melonjak di 2026.

  • Proyeksi itu dilatarbelakangi kuatnya permintaan pembiayaan untuk modal kerja dan kebutuhan konsumsi rumah tangga, karena peningkatan aktivitas fiskal.

  • BCA memprediksi belanja dan konsumsi pemerintah akan melesat di 2026 dengan pelaksanaan program strategis, seperti MBG dan KDMP.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Depok, IDN Times - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memprediksi pertumbuhan kredit perbankan bakal melonjak di 2026. Proyeksi itu dilatarbelakangi kuatnya permintaan pembiayaan untuk modal kerja dan kebutuhan konsumsi rumah tangga, karena peningkatan aktivitas fiskal.

“Belanja pemerintah itu akan jauh lebih baik tahun depan,” kata Kepala Biro Banking Research & Analytics BCA Victor George Petrus Matindas dalam Indonesia Economic Outlook 2026 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (24/11/2025).

1. Konsumsi dan belanja pemerintah bakal meningkat

Kepala BGN, Dadan Hindayana dan Menko Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimmin Iskandar kala meninjau salah satu dapur MBG di Sleman.. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Adapun peningkatan itu dipicu oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksi akan melesat di 2026. Dia melihat, konsumsi dan belanja pemerintah akan meningkat.

Apalagi dengan pelaksanaan program strategis pemerintah mulai tahun ini, dan akan diteruskan di tahun depan seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP), dan sebagainya.

“Jadi belanja pemerintah ini tetap kita harapkan sebagai driver. Kemudian dari sisi stimulus, kita harapkan juga konsumsi itu membaik,” ujar Victor.

2. Nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat di 2026

ilustrasi rupiah (unsplash.com/Mufid Majnun)

Dari sisi stabilitas rupiah, BCA memproyeksi nilai tukar rupiah bisa tembus Rp16.800 per dolar AS tahun depan. Hal itu dipengaruhi potensi penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed. Bahkan, BCA memprediksi peluang rupiah menguat terhadap dolar AS lebih besar.

“Itu yang sisi positifnya ya, seandainya itu terjadi. Sisi negatifnya, bisa membuat rupiah tertekan lebih dalam kalau seandainya efek dari tarif Trump cukup signifikan ke neraca dagang kita,” tutur Victor.

3. Proyeksi suku bunga kredit perbankan tahun depan

Menara BCA. (dok. BCA)

Victor juga membahas soal proyeksi penurunan suku bunga kredit tahun depan. Dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tahun ini, dia melihat bank akan menyeimbangkan penyesuaian suku bunga dan pertumbuhan volume kredit untuk menjaga profitabilitas.

“Bank itu harus menyesuaikan antara sisi volume dengan juga sisi suku bunga. Biar kreditnya itu bisa dipertahankan dengan stabil, sementara dari sisi pemodalan juga tetap kuat,” ujar Victor.

Editorial Team