Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Logo Bank Indonesia
Logo Bank Indonesia

Intinya sih...

  • Suku bunga deposito tenor 1 bulan hanya turun 16 basis poin.

  • Suku bunga kredit perbankan baru turun 7 basis poin.

  • BI catat undisbursed loan capai Rp2.372,1 triliun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia mengungkapkan suku bunga pasar uang, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), hingga imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tercatat mengalami penurunan seiring dengan kebijakan pelonggaran moneter.

Namun, penurunan tersebut belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga deposito perbankan. Padahal, suku bunga acuan atau BI Rate telah turun sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang tahun 2025.

Lantas apa yang menyebabkan suku bunga deposito turunnya lambat?

1. Suku bunga deposito tenor 1 bulan hanya turun 16 basis poin

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia)

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan suku bunga deposito tenor satu bulan hanya turun sebesar 16 basis poin, dari 4,81 persen pada awal tahun menjadi 4,65 persen pada Agustus 2025. Ia menjelaskan simpanan dari deposan besar tercatat sebesar Rp2.380,4 triliun, sementara total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada periode yang sama mencapai Rp9.386 triliun.

“Penurunan suku bunga deposito yang terbatas ini dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar, yang simpanannya mencakup sekitar 25,4 persen dari total DPK perbankan,” ujarnya dalam Konferensi Pers RDG, Rabu (17/9/2025).

2. Suku bunga kredit perbankan baru turun 7 basis poin

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)

Dampak dari tertahannya penurunan suku bunga deposito juga dirasakan pada sektor kredit. Hingga saat ini, suku bunga kredit perbankan baru turun sekitar 7 basis poin, dari 9,20 persen pada awal tahun menjadi 9,13 persen pada Agustus 2025. Artinya, transmisi penurunan suku bunga ke sektor riil masih berjalan cukup lambat.

Dengan begitu, pemangkasan suku bunga perbankan perlu dipercepat. Terlebih, perkembangan penyaluran kredit pada periode yang sama masih berada di kisaran 7 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), tepatnya sebesar 7,56 persen YoY. Meskipun lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2025 yang tercatat sebesar 7,03 persen YoY namun pertumbuhan ini dinilai belum cukup signifikan.

“BI memandang bahwa suku bunga deposito dan kredit perlu segera diturunkan, agar dapat mendukung penyaluran kredit sebagai bagian dari upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sejalan dengan program Asta Cita pemerintah,” ujar Perry.

3. BI catat undisbursed loan capai Rp2.372,1 triliun

Ilustrasi Cadangan Devisa (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, pertumbuhan kredit juga belum menunjukkan pemulihan yang kuat. Salah satu penyebab utamanya adalah tingginya undisbursed loan yaitu kredit yang telah disetujui oleh bank namun belum dicairkan oleh debitur. Nilainya saat ini mencapai Rp2.372,1 triliun, atau 22,71 persen dari total plafon kredit yang tersedia.

“Ini menunjukkan bahwa meskipun bank sudah menyediakan dana, belum seluruhnya digunakan oleh sektor usaha atau masyarakat. Artinya, masih ada kendala dari sisi permintaan kredit,” tambahnya.

Editorial Team