Ilustrasi pelayanan di Bank BTN Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Pengamat sosial ekonomi dan keagamaan sekaligus Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas mengkritik rencana merger BTN Syariah dengan Muamalat. Sebab, menurut Anwar, Muamalat adalah bank yang punya filosofi dan paradigma dari umat, bersama umat, milik umat dan untuk umat.
Melihat target Erick menjadikan bank hasil merger itu menjadi bank terbesar ke-16 di Indonesia, dia menilai penyaluran pembiayaannya akan diutamakan pada usaha-usaha besar atau perusahaan konglomerasi.
“Jadi berarti 70 persen dari kredit dan pembiayaan dari dunia perbankan tersebut jelas akan jatuh kepada usaha-usaha besar yang jumlahnya dari total pelaku usaha di negeri ini hanya sebesar 0,01 persen dengan jumlah pelaku sekitar 5.550 pelaku usaha,” kata Anwar.
Sementara, dia mengatakan jumlah pelaku UMKM mendominasi jumlah pelaku usaha di Indonesia, dengan persentase 99,99 persen atau totalnya sekitar 65 juta pelaku UMKM.
“Bagi saya pribadi sebagai warga bangsa yang diberi hak oleh konstitusi untuk berbicara maka saya dengan tegas menyatakan tidak setuju dengan merger tersebut karena hal demikian jelas akan sangat menguntungkan para pengusaha besar/pemilik kapital/konglomerat dan oligark dan hanya sedikit menguntungkan bagi UMKM,” ujar Anwar.