Ilustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mulai mengurangi stimulus moneter demi memulihkan perekonomian negaranya. Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan ketika ada pengetatan kebijakan moneter, maka surat utang atau obligasi sebenarnya kurang diuntungkan.
Dia menyoroti saat ini The Fed baru melakukan pengurangan injeksi likuiditas atau tapering off, alias belum menaikkan suku bunga acuan. Meski begitu, kebijakan The Fed akan memberikan sentimen negatif pada obligasi.
"Jadi kemungkinan likuiditas akan lari ke dolar AS. Dan memicu sentimen negatif ke obligasi sementara. Dana akan ditarik, padahal dana itu sumber pembelian obligasi," tutur Wahyu kepada IDN Times.
Namun, menurut Wahyu, obligasi Indonesia masih cukup aman untuk dijadikan pilihan investasi di 2022. Sebab, perekonomian Indonesia terbukti bisa bertahan di tengah pandemik, terutama ditopang oleh ekspor komoditas di tahun ini yang mencetak hasil fantastis.
"Jika bicara obligasi Indonesia saya pikir cukup aman, karena fundamental kita cukup baik. Komoditas jadi penopang ekonomi kita. Bahkan, terkait pandemik kita sudah bisa dibilang survive dan makin terbuka," ujar Wahyu.
Senada dengan Wahyu, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho mengatakan obligasi Indonesia, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) bisa menjadi pilihan investasi yang menjanjikan di 2022.
Apalagi, Bank Indonesia (BI) telah menyatakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) rendah di tahun depan. Saat ini, BI7DRR berada di level 3,5 persen.
Terlebih lagi, jika dibandingkan deposito. SBN mencetak imbal hasil yang lebih tinggi. Sementara itu, deposito dinilai masih 'loyo' karena suku bunga acuan masih rendah.
"Buat teman-teman yang bersifat konservatif atau moderat, juga teman-teman yang agresif tapi sebagai rem untuk investasi mereka, obligasi ritel negara ini menjadi alternatif yang menarik. Kenapa? Karena memang di tengah suku bunga rendah, dia tetap lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito. Dan dari segi keamanan, kita bisa bilang itu aman karena penjaminnya adalah pemerintah. Dari segi imbal hasil dia lebih tinggi dari deposito," tutur Andy kepada IDN Times.