Jebakan Finansial Kelas Menengah yang Dihindari Orang Kaya

Teruntuk warga kelas menengah yang berusaha naik kelas, kalian tidak sadar. Ternyata, selama ini kalian sudah terperangkap dalam 'jebakan-jebakan' yang harus dihindari oleh orang yang sudah kaya raya, lho!
Yang disebut dengan 'jebakan' adalah konteks yang saat ini kalian berusaha mengumpulkan uang, supaya bisa kaya dan hidup berkecukupan atau financial freedom. Jadi, masyarakat kita sekarang terbagi menjadi 2 kelompok. Yaitu kelompok menengah dan kelompok kaya. Yang mana, keduanya sama-sama berupaya mencapai kekayaan. Kelompok menengah ingin menjadi kaya dan gak pusing memikirkan tentang uang. Dan, yang kaya ingin mempertahankan, sekaligus menambah kekayaannya.
Tapi, kedua kelompok ini memakai pendekatan yang berbeda. Nah, di sinilah perangkap atau jebakan itu muncul. Biasanya, kelompok kaya sudah mengerti cara supaya mereka tidak masuk dalam jebakan. Sementara, kelompok menengah tidak mengerti tentang jebakan-jebakan itu.
Nah, berikut tiga jebakan yang umum dialami kelas menengah, tapi cenderung dihindari oleh orang-orang kaya!
1. Menjalani hidup di luar batas kemampuan
Biasanya, kalau kita habis mendapat kenaikan gaji atau menerima bonus dari pekerjaan, kita akan membuat kesempatan untuk menaikkan gaya hidup. Seperti, membeli baju baru, handphone baru, berbelanja hal yang tidak terlalu dibutuhkan dan semacamnya. Ternyata, kebiasaan seperti ini akhirnya bermuara pada siklus. Dimana, pengeluaran kita semakin bertambah seiring dengan bertambahnya pendapatan kita. Yang mana, membuat kita menjadi sulit untuk menabung dan berinvestasi.
Nah, orang-orang kaya terutama mereka yang sukses karena usahanya sendiri, bukan karena keturunan. Mereka hidup sesuai dengan kemampuan mereka, sampai bisa membangun bisnis dan kekayaan bersih mereka.
2. Tidak pandai mengelola utang
Hutang itu ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, dia bisa menjadi alat untuk memperkaya diri jika dipakai secara strategis dan produktif. Misalnya, untuk berinvestasi pada suatu bisnis yang menjanjikan. Disisi lain, jika hutang tidak dikelola dengan baik. Maka, akan menjadi tidak terkendali dan membuat kita rugi. Terutama ada kewajiban bunga yang tinggi dan wajib dibayar. Seperti kartu kredit, pinjol, atau ketika kalian membeli sesuatu yang dibayarnya secara cicilan.
Kelompok kaya bisa membedakan mana hutang yang baik dan mana hutang yang buruk. Dan, lebih pentingnya orang kaya bisa mengelola keduanya secara efisien. Sementara, kelompok menengah masih sulit membedakan hutang baik dan buruk. Dan, tidak jarang malah mereka tidak bisa mengelolanya dengan baik. Jadi mengelola hutang termasuk perencanaan yang wajib kita lakukan.
3. Pemikiran jangka pendek
Zaman sekarang banyak orang yang tergiur dengan iming-iming cepat dapat keuntungan dari hasil investasi kekinian. Misalnya, seperti crypto dan saham.
Para kelas menengah ini, biasanya langsung terjun tanpa memahami seluk-beluk instrumen investasi itu. Seringkali tidak memakai due diligence atau uji tuntas untuk mencegah risiko buruk yang bisa muncul jika sudah berinvestasi. Jangan sampai kita memaksakan diri untuk berinvestasi hanya karena cepat mendapat untung.
Jadi, bahwa ini semua adalah tentang mindset diri kita sendiri. Kebiasaan dan keputusan adalah kita yang memutuskan dan mengelola semuanya, ya!