Ilustrasi karyawan menunjukkan uang di Bank Mandiri. (ANTARA FOTO/Andry Denisah)
Dari sisi pendapatan, bank berkode emiten BMRI ini konsisten mencatat kinerja yang stabil dengan tren pertumbuhan terjaga. Pendapatan bunga tumbuh 9,5 persen secara tahunan per November 2025. Sementara itu, tekanan beban bunga menunjukkan tren penurunan. Beban bunga November 2025 tercatat Rp3,6 triliun dan terus melandai sejak kuartal II. Secara kuartalan atau quarter on quarter (QoQ), beban bunga turun 1,7 persen hingga kuartal III 2025 dan diperkirakan berlanjut pada kuartal IV.
Menurut Novita, perkembangan ini mencerminkan kondisi likuiditas pasar yang semakin kondusif serta pengelolaan struktur pendanaan yang lebih efisien seiring meredanya kompetisi dana pihak ketiga. Bank berlogo pita emas ini juga menilai perbaikan tersebut menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan margin ke depan.
“Perbaikan biaya pendanaan memberikan ruang bagi kami untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas. Fokus kami tetap pada kualitas pendanaan dan pengelolaan likuiditas yang prudent,” ujarnya.
Akselerasi kinerja juga tercermin pada pendapatan non bunga. Per November 2025, pendapatan non bunga tumbuh 12,1 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan capaian dua bulan sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong peningkatan transaksi digital serta optimalisasi solusi keuangan berbasis kebutuhan nasabah.
“Kontribusi transaksi digital yang bersifat recurring terus meningkat dan menjadi pendorong utama fee based income, dengan pertumbuhan sekitar 14 persen secara tahunan, terutama didukung oleh fee Livin’ by Mandiri yang tumbuh mencapai 19,8 persen year on year. Di sisi lain, solusi treasury mencatat pertumbuhan sekitar 55 persen secara tahunan yang terutama didorong oleh fee dari peningkatan aktivitas trading & client services” lanjutnya.