Makin Banyak Orang Pakai Produk Jasa Keuangan, Bagaimana Literasinya?

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data terbaru indeks inklusi dan literasi keuangan tahun 2022. Tercatat, ada kenaikan pada kedua indeks, terutama indeks inklusi keuangan yang kini sebesar 85,1 persen, naik dari angka di tahun 2019 yakni 76,19 persen.
Indeks inklusi keuangan sendiri menunjukkan makin banyak masyarakat Indonesia yang sudah menggunakan produk atau layanan dari lembaga jasa keuangan (LJK) baik perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank (IKNB).
1. Indeks literasi keuangan masih lebih rendah dibandingkan inklusi
Meski indeks inklusi keuangan sudah mencapai 85,1 persen, tetapi indeks literasi keuangan masih jauh di bawahnya, yakni 49,68 persen. Namun, angka itu naik dari posisi 2019 yang hanya 38,03 persen.
Literasi keuangan sendiri artinya pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan, yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
2. OJK catat ada 2 juta orang buka rekening baru selama Oktober 2022
OJK sendiri memperingati Bulan Inklusi Keuangan (BIK) sepanjang Oktober 2022. Selama BIK, OJK mencatat ada penambahan pembukaan rekening, baik di perbankan, pasar modal, dan juga bertambahnya jumlah polis asuransi di Indonesia. Berikut rinciannya:
- Industri Perbankan: pembukaan rekening baru sebanyak 2.037.105 rekening.
- Industri Pasar Modal sebanyak 64.228 rekening efek baru.
- Industri Perasuransian adalah sebanyak 69.091 polis.
- Industri Pembiayaan adalah sebanyak 451.638 debitur.
- Industri Pergadaian adalah sebanyak 2.878.570 rekening.
- Industri fintech adalah sebanyak 1.501.709 akun.
3. OJK akui banyak masyarakat Indonesia tak paham menggunakan produk jasa keuangan
Sebelumnya, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi Perlindungan
Konsumen, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, jika literasi keuangan lebih rendah dibandingkan inklusi, maka artinya masih banyak masyarakat yang menggunakan produk dari lembaga jasa keuangan, tetapi tak memahaminya.
"Kok lebih inklusinya daripada literasinya? Berarti masih banyak orang yang menggunakan produk dan jasa keuangan, tetapi belum paham. Ini banyak sekali pakai tetapi tidak paham," kata Friderica di Taman Sari, Yogyakarta, Sabtu (22/10) lalu.