“Berkurangnya jumlah petani akan berimplikasi pada menurunnya ketersediaan produk pangan dalam negeri,” kata Dini Widiastuti dari Oxfam Indonesia.
Selain itu, jumlah produksi pertanian juga menurun akibat perubahan iklim, sebagaimana dijelaskan Kepala Daerah Kang Meas, Kamboja, Lay Seng Hong.
Perubahan iklim menyebabkan musim kemarau yang lebih kering dan musim hujan dengan curah hujan yang lebih tinggi, semakin banyak dan parahnya kejadian ekstrim seperti badai, kemarau berkepanjangan dan banjir bandang. Akibatnya, petani kesulitan memperkirakan cuaca sehingga panen mereka gagal.
tantangan utama pada 2025 bukan perang, melainkan perubahan iklim.”
“Dua tahun terakhir ini sangat parah. Hujan sama sekali tidak turun,” kata Hun Heang.
Sementara di Filipina, hujan badai melanda pada akhir Januari tahun ini – tepat ketika masa menanam, saat sebagian besar petani baru menyemai benih untuk dipanen April nanti. Total kerugian yang diderita para petani dari 25 daerah di Filipina mencapai lebih dari 1,3 miliar Rupiah.
George Junatas, petani di Filipina, dengan murung memandang 1,5 hektar lahannya yang terendam banjir. Ia menyesal karena tepat setelah ia selesai menanam, hujan deras turun. “Aku akan meminjam uang supaya aku bisa beli benih dan menanam ulang,” katanya.
Kejadian serupa dialami Hamidin – petani di Banten, Indonesia – pada 2014. Ia hanya dapat memandangi separuh sawahnya yang tergenang air hujan. Padahal, ia baru menanam benih. Menurut Hamidin, ini biasa terjadi karena dibanding 10 tahun lalu, cuaca begitu berubah sehingga ia susah memperkirakan kapan seharusnya mulai menanam.
“Kalau hujan berhari-hari tanaman bisa mati,” kata pria berusia 68 tahun itu. "Sawah di sini tadah hujan, jadi sangat bergantung pada cuaca," tuturnya.
Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Andi Eka Sakya menegaskan, “Perubahan iklim bukan lagi hanya isu tapi benar-benar sudah dirasakan." Bahkan. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO yang merupakan aliansi puluhan negara mengatakan tantangan utama pada 2025 bukan perang, melainkan perubahan iklim.”