Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
7 Penyebab Utama Terjadinya Kredit Bermasalah yang Sering Diabaikan
ilustrasi credit check (freepik.com/rawpixel.com)

Intinya sih...

  • Perencanaan keuangan yang tidak matang menjadi penyebab utama kredit bermasalah

  • Pendapatan yang tidak stabil atau menurun dapat memicu kredit bermasalah

  • Gaya hidup konsumtif tanpa perhitungan juga seringkali menjadi pemicu terjadinya kredit bermasalah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kredit bermasalah masih menjadi persoalan yang cukup sering terjadi di sektor keuangan Indonesia, baik pada perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya. Kondisi ini muncul ketika debitur tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran cicilan sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati sejak awal.

Penyebab utama terjadinya kredit bermasalah umumnya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor tersebut bisa berasal dari perencanaan keuangan pribadi, perubahan kondisi ekonomi, hingga kebiasaan dalam mengelola utang.

Dalam banyak kasus, kredit bermasalah baru disadari ketika keterlambatan pembayaran sudah terjadi secara berulang. Jika tidak dipahami dan diantisipasi sejak dini, kondisi ini dapat berdampak serius pada stabilitas finansial serta riwayat kredit seseorang di masa depan.

1. Perencanaan keuangan yang dibuat tanpa perhitungan matang

ilustrasi uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Perencanaan keuangan yang tidak disusun secara matang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kredit bermasalah. Banyak debitur mengajukan kredit hanya karena tertarik pada promosi, seperti bunga rendah, cicilan ringan, atau limit besar, tanpa melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kemampuan keuangan jangka panjang. Akibatnya, keputusan kredit lebih didorong oleh keinginan sesaat dibandingkan kebutuhan yang benar-benar terukur.

Selain itu, perencanaan yang lemah biasanya tidak mempertimbangkan kemungkinan perubahan kondisi hidup di masa depan. Kebutuhan rumah tangga, biaya kesehatan, hingga tanggungan keluarga dapat meningkat seiring waktu. Ketika pengeluaran bertambah sementara perencanaan awal tidak fleksibel, cicilan kredit pun menjadi beban yang semakin sulit dipenuhi.

2. Pendapatan yang tidak stabil atau mengalami penurunan

ilustrasi pendapatan menurun (freepik.com/Freepik)

Pendapatan yang tidak stabil sering kali menjadi faktor krusial dalam munculnya kredit bermasalah, terutama bagi pekerja dengan sistem komisi, pekerja lepas, atau pelaku usaha kecil dan menengah. Fluktuasi pendapatan dapat terjadi akibat kondisi ekonomi, perubahan tren pasar, hingga menurunnya permintaan terhadap produk atau jasa tertentu. Situasi ini membuat arus kas bulanan menjadi tidak menentu.

Masalah semakin kompleks ketika pendapatan menurun, tetapi kewajiban cicilan kredit tetap berjalan dengan nominal yang sama. Tanpa penyesuaian pengeluaran atau strategi keuangan yang tepat, debitur akan mengalami tekanan finansial. Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan ini berpotensi menyebabkan keterlambatan pembayaran dan berujung pada kredit bermasalah.

3. Gaya hidup konsumtif yang tidak sebanding dengan penghasilan

ilustrasi belanja (pexels.com/Max Fischer)

Gaya hidup konsumtif juga termasuk penyebab utama terjadinya kredit bermasalah yang sering tidak disadari. Kredit kerap digunakan untuk membiayai kebutuhan nonesensial, seperti membeli barang bermerek, liburan mewah, atau mengikuti tren gaya hidup terbaru. Padahal, pengeluaran tersebut tidak memberikan manfaat ekonomi jangka panjang.

Fenomena lifestyle inflation memperburuk kondisi ini karena kenaikan pendapatan sering diikuti peningkatan pengeluaran yang lebih besar. Ketika kredit digunakan untuk menopang gaya hidup semacam ini, kemampuan membayar cicilan menjadi sangat bergantung pada stabilitas pendapatan. Begitu pemasukan terganggu, risiko gagal bayar pun meningkat secara signifikan.

4. Minimnya pemahaman terhadap sistem dan risiko kredit

ilustrasi credit score (freepik.com/rawpixel.com)

Kurangnya pemahaman mengenai mekanisme kredit masih menjadi persoalan di masyarakat. Banyak debitur tidak benar-benar memahami isi perjanjian kredit, termasuk perbedaan suku bunga efektif dan suku bunga flat, biaya administrasi, serta potensi denda keterlambatan. Akibatnya, total kewajiban yang harus dibayar sering kali jauh lebih besar dari perkiraan awal.

Selain itu, tidak semua debitur menyadari dampak keterlambatan pembayaran terhadap riwayat kredit. Data pembayaran yang tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) akan memengaruhi penilaian lembaga keuangan di masa depan. Ketika risiko ini diabaikan, kredit bermasalah menjadi lebih sulit dihindari.

5. Menutup utang lama dengan utang baru secara berulang

ilustrasi utang (freepik.com/rawpixel.com)

Mengambil kredit baru untuk menutup kewajiban lama sering dianggap sebagai solusi cepat untuk mengatasi masalah keuangan. Namun, praktik ini justru menjadi penyebab utama terjadinya kredit bermasalah jika dilakukan tanpa perbaikan fundamental pada kondisi keuangan. Beban utang tidak benar-benar berkurang, melainkan hanya bergeser ke bentuk lain.

Dalam jangka panjang, strategi ini membuat total kewajiban semakin besar dan struktur utang menjadi lebih kompleks. Cicilan bertambah, sementara kemampuan membayar tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Jika terus berlanjut, debitur akan terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk diputus.

6. Kurangnya disiplin dalam membayar cicilan tepat waktu

ilustrasi utang (pixabay.com/geralt)

Disiplin dalam pembayaran cicilan merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan kredit. Namun, sebagian debitur masih menyepelekan keterlambatan pembayaran dengan alasan masih dalam batas toleransi. Kebiasaan menunda ini sering kali dilakukan berulang tanpa disadari dampaknya.

Penundaan pembayaran secara konsisten dapat memicu akumulasi denda dan bunga tambahan. Selain itu, skor kredit akan mengalami penurunan secara bertahap. Jika kebiasaan ini tidak segera diperbaiki, status kredit bermasalah menjadi konsekuensi yang sulit dihindari.

7. Situasi darurat tanpa dukungan dana cadangan

ilustrasi dipecat (freepik.com/wirestock)

Situasi darurat yang tidak terduga juga kerap menjadi pemicu kredit bermasalah. Kehilangan pekerjaan, biaya pengobatan jangka panjang, perceraian, atau bencana alam dapat menguras kondisi keuangan secara tiba-tiba. Dalam situasi seperti ini, prioritas keuangan biasanya bergeser pada kebutuhan yang paling mendesak.

Masalah muncul ketika debitur tidak memiliki dana darurat yang memadai. Cicilan kredit akhirnya terabaikan karena dana dialihkan untuk kebutuhan utama. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan dana cadangan sangat penting sebelum mengambil komitmen kredit jangka panjang.

Kredit bermasalah tidak terjadi secara instan, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai keputusan finansial dan kondisi yang kurang ideal. Dengan memahami penyebab utama terjadinya kredit bermasalah secara menyeluruh, setiap individu dapat mengambil langkah pencegahan sejak dini. Perencanaan yang matang, pengelolaan keuangan yang disiplin, serta pemahaman yang baik tentang kredit menjadi kunci agar kredit berfungsi sebagai solusi, bukan sumber masalah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team