Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-12-10 at 15.42.48.jpeg
Konferensi Pers Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas). (IDN Times/Triyan).

Intinya sih...

  • Kondisi likuiditas perbankan masih longgar.

  • Cost of fund sudah lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

  • SRBI menawarkan imbal hasil tinggi pada tahun 2023.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menegaskan likuiditas perbankan masih berada dalam kondisi sangat longgar, sehingga membuka ruang bagi industri perbankan untuk terus melakukan ekspansi kredit hingga akhir tahun.

Menurutnya, likuiditas tersebut tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada di level 84,19 persen, jauh di bawah batas maksimal 92 persen yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain LDR, indikator Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) juga menunjukkan posisi likuiditas perbankan yang kuat.

“Artinya apa? Bank punya uang dan bank punya likuiditas untuk ekspansi,” ujarnya dalam Konferensi Pers Perbanas, Selasa (10/12/2025).

1. Faktor penopang kondisi likuiditas yang longgar

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)

Ia menjelaskan, kondisi likuiditas yang longgar turut didorong oleh kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang bersifat pro-growth. Bank Indonesia telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk memperkuat likuiditas, antara lain relaksasi Giro Wajib Minimum (GWM). Selain itu, suku bunga acuan BI juga dijaga berada dalam tren penurunan.

“BI menjaga suku bunga acuan dalam tren menurun. Dan yang ketiga, kalau kita lihat pada 2023 lalu, Bank Indonesia memiliki instrumen bernama SRBI,” ungkapnya.

2. Cost of fund sudah lebih rendah dibandingkan tahun lalu

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)

Di sisi lain, Hery menilai Bank mulai menikmati penurunan biaya dana (cost of fund) seiring likuiditas yang semakin longgar di tahun ini. Kondisi ini berbeda dengan tahun 2023, ketika instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menawarkan imbal hasil tinggi dan menjadi pesaing ketat deposito perbankan.

“Pada 2023, yield SRBI sangat tinggi sehingga bersaing dengan deposito. Namun hari ini, dengan likuiditas yang ample, bank sudah mulai bisa menekan cost of fund yang kini lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” ujar Herry.

3. Porsi undisbursed loan masih tinggi

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski demikian, penyaluran kredit belum sepenuhnya optimal karena porsi undisbursed loan masih tinggi. Banyak debitur yang telah memperoleh fasilitas kredit, tetapi belum melakukan penarikan dana. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per Oktober 2025 total undisbursed loan perbankan telah mencapai sekitar Rp2.450,7 triliun, atau sekitar 22,97 persen dari total plafon kredit yang tersedia.

“Banyak debitur yang wait and see. Mereka sudah dapat pembiayaan, tetapi masih menunggu momentum dan melihat peluang sebelum melakukan ekspansi bisnis,” katanya.

Di sisi lain, daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah juga belum pulih sepenuhnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lemahnya konsumsi kelompok ini turut memengaruhi permintaan kredit dan aktivitas ekonomi.

Editorial Team