Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Gen Z (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi Gen Z (pexels.com/Anna Shvets)

Intinya sih...

  • Gen Z lebih tertarik pada investasi sejak dini, terbuka terhadap risiko, dan lebih berani bereksperimen dibandingkan Milenial.

  • Gen Z dipengaruhi media sosial dalam pola konsumsi, lebih impulsif dalam belanja, sementara Milenial memilih produk berdasarkan kualitas dan fungsionalitas.

  • Gen Z cenderung memiliki pendekatan beragam terhadap sumber penghasilan, sementara Milenial lebih terbiasa dengan karier jangka panjang di satu perusahaan atau bidang tertentu.

Perubahan pola pikir tentang keuangan sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, kondisi ekonomi global, dan pergeseran nilai dalam masyarakat. Generasi Z yang lahir sekitar 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah era digital yang serba cepat dan informasi yang mudah diakses. Mereka menyaksikan secara langsung dampak krisis ekonomi global, pandemi, serta perkembangan pesat dunia fintech.

Hal ini membentuk cara berpikir yang berbeda dari generasi Milenial, yang lahir sekitar tahun 1981 hingga 1996. Perbedaan ini terlihat jelas dalam cara kedua generasi tersebut mengelola keuangan, mengambil keputusan finansial, serta menyusun rencana masa depan.

Berikut adalah empat perbedaan utama dalam mindset keuangan antara Gen Z dan Milenial.

1. Ketertarikan terhadap investasi sejak dini

ilustrasi market yang turun (freepik.com/standret)

Gen Z menunjukkan ketertarikan yang lebih tinggi terhadap dunia investasi dibandingkan generasi Milenial pada usia yang sama. Banyak dari mereka yang sudah mengenal dan mulai berinvestasi di usia remaja, bahkan sebelum memiliki penghasilan tetap. Akses mudah ke berbagai platform investasi digital seperti aplikasi saham, reksa dana, hingga aset kripto memungkinkan Gen Z untuk belajar dan langsung mencoba investasi secara praktis dan real-time.

Gen Z lebih terbuka terhadap risiko serta lebih berani bereksperimen, meskipun terkadang masih kurang dalam pemahaman fundamentalnya. Sebaliknya, Milenial cenderung lebih berhati-hati dan konvensional dalam memilih instrumen keuangan. Mereka umumnya baru mulai berinvestasi ketika sudah memiliki kestabilan finansial, seperti setelah bekerja tetap atau menikah.

2. Pola konsumsi yang dipengaruhi media sosial

ilustrasi bermain media sosial (unsplash.com/camilo jimenez)

Generasi Z sangat dipengaruhi oleh tren dan opini di media sosial dalam hal gaya hidup dan keputusan pembelian. Mereka lebih cenderung dipengaruhi oleh influencer, membeli produk yang viral, dan melihat ulasan online. Pola ini membuat Gen Z lebih impulsif dalam belanja, meskipun banyak dari mereka yang juga belajar mengatur anggaran dari sumber edukasi keuangan di internet.

Milenial cenderung mengedepankan kenyamanan dan fungsionalitas saat mengeluarkan uang. Meskipun mereka juga aktif di media sosial, pengaruhnya tidak sebesar pada Gen Z. Milenial lebih memilih produk atau layanan dari brand yang sudah terbukti kualitasnya, dan cenderung berpikir lebih panjang sebelum melakukan pembelian besar.

3. Pendekatan terhadap sumber penghasilan

ilustrasi freelance (pexels.com/Vlada Karpovich)

Gen Z tumbuh di era digital yang memungkinkan mereka memiliki berbagai pilihan penghasilan di luar pekerjaan utama. Banyak dari mereka yang menjalani side hustle seperti menjual produk secara online, menjadi content creator, freelancer, atau mengikuti program affiliate. Hal ini mencerminkan perubahan besar dalam cara generasi muda bekerja dan menghasilkan uang.

Sebaliknya, Milenial lebih terbiasa dengan konsep karier jangka panjang di satu perusahaan atau bidang tertentu. Ini dipengaruhi oleh masa muda mereka yang dibentuk oleh nasihat tradisional soal keamanan kerja dan pentingnya gaji tetap bulanan. Meski perlahan mulai berubah, pola pikir ini masih membekas di banyak Milenial.

4. Pandangan terhadap perencanaan keuangan masa depan

ilustrasi manajer investasi (pexels.com/Artem Podrez)

Dalam hal perencanaan jangka panjang, Milenial umumnya lebih terstruktur. Mereka cenderung memikirkan kepemilikan rumah, dana pensiun, dan asuransi sejak usia tiga puluhan. Banyak dari mereka yang menggunakan jasa perencana keuangan dan mengelola portofolio investasi dengan pendekatan konservatif namun stabil. Hal ini memperlihatkan orientasi jangka panjang yang kuat dalam mengelola keuangan mereka.

Berbeda dengan itu, Gen Z lebih fokus pada tujuan jangka pendek hingga menengah, seperti traveling, membeli gadget, atau membangun bisnis kecil. Meskipun mereka memiliki kesadaran akan pentingnya menabung dan berinvestasi, banyak yang belum memikirkan dana pensiun atau kepemilikan aset besar seperti rumah. Prioritas mereka lebih pada kebebasan finansial dan fleksibilitas gaya hidup daripada kemapanan konvensional.

Perbedaan mindset ini bukan soal siapa yang lebih baik, tetapi lebih kepada perbedaan konteks, nilai, dan pengalaman hidup yang membentuk pandangan mereka masing-masing. Masing-masing generasi memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri yang dibentuk oleh situasi zaman dan teknologi yang mereka alami. Dengan memahami karakteristik ini, kita dapat membuat pendekatan yang sesuai dengan kondisi dan tujuan hidup masing-masing individu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team