Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
4 Prinsip Investasi Abadi Warren Buffett yang Terbukti Ampuh
Investor sekaligus CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett. (commons.wikimedia.org/USA International Trade Administration)

Intinya sih...

  • Jangan ikut-ikutan tren pasar, fokus pada nilai perusahaan bukan sentimen pasar atau harga harian.

  • Lakukan diversifikasi cerdas dengan investasi pada perusahaan yang sudah melakukan diversifikasi di berbagai sektor.

  • Berinvestasilah pada perusahaan yang dipercaya dan pikirkan matang-matang sebelum bertindak, karena setiap keputusan sangat berdampak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Warren Buffett mungkin bukan sosok yang disukai semua investor, namun tak ada yang bisa menyangkal pencapaiannya. Dijuluki Oracle of Omaha, ia berhasil membangun kekayaan hingga sekitar 150 miliar dolar AS dan menjadi salah satu investor paling sukses sepanjang sejarah.

Melalui perusahaannya, Berkshire Hathaway, Buffett terus memberikan inspirasi bagi investor profesional maupun pemula di seluruh dunia. Salah satunya adalah Chris Ballard, Managing Partner di Check Capital Management. Ia mengaku banyak belajar dari strategi Buffett, bahkan menjadikan Berkshire Hathaway sebagai aset terbesar dalam portofolio perusahaannya.

Dilansir GOBankingRates, berikut empat prinsip investasi abadi ala Warren Buffett yang masih relevan hingga hari ini

1. Jangan ikut-ikutan tren pasar

Ilustrasi pasar saham (freepik.com)

Buffett tidak pernah membeli saham hanya karena sedang populer. Ia selalu mengambil keputusan berdasarkan analisis dan pemahamannya sendiri.

“Buffett selalu berpikir sebagai pemilik bisnis. Ia mengajarkan publik untuk memahami nilai perusahaan, bukan terpengaruh sentimen pasar atau pergerakan harga harian,” kata Ballard.

Ballard menegaskan, investor harus mengabaikan noise seperti berita sensasional dan fluktuasi harian saham.

“Berita hanya menciptakan distraksi. Fokuslah pada kualitas bisnis, bukan drama pasar,” ucapnya.

2. Lakukan diversifikasi cerdas

Ilustrasi portofolio investasi (freepik.com)

Ballard menyukai Berkshire Hathaway karena perusahaan ini sudah melakukan diversifikasi di dalamnya.

“Ketika membeli Berkshire, kamu tidak hanya membeli satu bisnis, kamu membeli puluhan perusahaan dari berbagai sektor,” ujarnya.

Berkshire memiliki bisnis di bidang:

  • Asuransi

  • Kereta api

  • Energi

  • Ritel

  • Restoran

  • Makanan dan permen

Selain itu, perusahaan ini juga memiliki likuiditas besar untuk berinvestasi kapan saja.

3. Berinvestasilah pada perusahaan yang kamu percaya

Ilustrasi investasi (freepik.com)

Buffett tidak mengejar hype. Ia memilih perusahaan solid yang memiliki reputasi baik.

“Berkshire adalah salah satu perusahaan paling dipercaya di dunia. Kami tenang saat harga naik karena kami mendapatkan keuntungan, dan tetap tenang saat turun karena itu kesempatan membeli lebih banyak,” tutur Ballard.

4. Pikirkan matang-matang sebelum bertindak

Ilustrasi investasi (freepik.com)

Buffett terkenal jarang melakukan transaksi, namun setiap keputusannya sangat berdampak.

“Kesuksesan Warren berasal dari sedikit keputusan besar yang tepat,” ungkap Ballard.

Ia memberi analogi kartu dengan 10 lubang.

“Bayangkan kamu hanya boleh berinvestasi 10 kali seumur hidup. Kamu pasti akan berpikir sangat serius sebelum memutuskan,” ucapnya.

Seperti kata sahabat Buffett, Charlie Munger, “Ambil satu ide sederhana, lalu tekuni sepenuh hati".

Pelajaran investasi dari Warren Buffett bukan hanya tentang memilih saham, tetapi juga tentang cara berpikir jangka panjang, disiplin, dan tidak mudah terpengaruh tren pasar. Dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana namun kuat ini, siapa pun, termasuk kamu bisa membangun fondasi investasi yang lebih bijak dan berpeluang menghasilkan keuntungan berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team