Ilustrasi startup (pexels.com/Startup Stock Photos)
Menurut saya di masa saya berkarier, stigma masyarakat terhadap perempuan dimulai dari mungkin mengambil studi di bidang STEM (science, technology, engineering, and mathematics) sendiri, sampai bekerja di bidang ini, itu sudah jauh lebih umum dan lebih bisa diterima.
Jadi dari awal-awal itu mungkin kayak perbedaan itu bisa saya rasakan sih. Mungkin kayak dulu ketika baru mau masuk ke bidang ini ya banyak lumayan yang mempertanyakan, ya kamu kan perempuan yakin mau sekolahnya engineering? Nanti teman-teman kuliah kamu nggak ada yang perempuan.
Tapi lama-kelamaan sepertinya kalau saya lihat sekarang kalau ngobrol dengan saudara-saudara yang lebih kecil mereka sudah sangat bisa diterima lah kalau mereka mau studi di bidang STEM. Mungkin di-encourage juga. Mungkin terbantu juga dengan lapangan kerja yang sudah mulai terbentuk lagi dan lebih open terhadap women di Indonesia.
Mungkin satu hal yang sangat saya apresiasi juga bahwa kayak dengan adanya generasi-generasi awal yang mencoba nge-breakthrough ini, akibatnya sekarang sudah lumayan banyak juga leader-leader di technology companies yang sudah menjajaki karier sehingga sudah berada di posisi di mana banyak yang bisa menjadi role model untuk mungkin talent-talent baru yang masih mempertimbangkan karier di bidang ini.
Menurut saya having people in the leadership yang memang perempuan itu benar-benar makes a difference. Ketika seseorang mau join, mungkin mereka lihat oh iya itu kan perempuan. Apalagi yang sudah menjadi leader. Jadi I think that also makes a difference di dalam at least 10 tahun terakhir sejak saya mulai mendalami bidang ini.