Ada jenjang 3-5 tahun penguatan logam mulia akan begitu tajam. Kita lihat di tahun 2020. Berarti kita 3 tahun, 2021, 2022, 2023. Di tahun 2024 ini kemungkinan akan melesat lagi, akan di atas 2 dolar AS per toz. Saat harga belum tinggi, ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan pembelian. Apalagi di tahun 2023, ini cukup menarik, karena ada kemungkinan besar perang di Ukraina akan usai.
Kita tahu bahwa Sekjen PBB sudah mengatakan bahwa dihentikan untuk perang di Ukraina. Apalagi Ukraina saat ini sudah bergabung dengan NATO. Di sisi lain juga, ada keinginan negosiasi antara Rusia dan Ukraina. Nah kemungkinan di kuartal pertama dan kedua, permasalahan geopolitik di Rusia dan Ukraina rendah. Sehingga inflasi akan rendah. Kenapa inflasi itu rendah? Karena Rusia dan Ukraina sudah kembali mengekspor komoditas seperti pupuk, gandum, secara normal. Ini yang membuat inflasi cukup rendah. Pada saat inflasi rendah dan bank sentral tidak menaikkan suku bunga, itulah kesempatan bagi masyarakat untuk kembali mengoleksi logam mulia. Karena Amerika sebagian besar akan berfokus ke laut China Selatan dan semenanjung Korea. Di mana kemungkinan akan ada geopolitik antara China dan Taiwan, karena dianggap Taiwan itu provinsi terakhir berdasarkan Undang-Undang di Parlemen Tiongkok.
Kemudian di Korea Utara, di mana saat ini Korea Utara masih terus melakukan uji coba misil yang akan membawa pengaruh cukup besar.
Selain itu, Amerika pun akan melakukan perang dagang dengan China yang sempat terhenti karena COVID-19. Ini yang kemungkinan besar akan membawa logam mulia kembali lagi merangkak naik. Karena masalah geopolitik, inflasi pun tidak ada, bank sentral juga tidak menaikkan suku bunga, sehingga benar-benar fundamental. Kebutuhan-kebutuhan untuk logam mulia itu akan terlihat sesuai dengan fundamental. Bukan seperti saat ini.
Memang di tahun 2020 dan 2021, orang menganggap bahwa COVID-19 yang mengakibatkan resesi, ini berdampak pada penguatan harga emas dunia maupun logam mulia. Saat itu wajar, karena inflasi tidak terlalu tinggi. Tetapi di tahun 2022 pada saat Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina yang menghasilkan sanksi ekonomi dari Eropa dan Amerika, mengakibatkan Rusia kembali melakukan sanksi ekonomi terhadap Eropa dan Inggris yang mengakibatkan inflasi tinggi. Sehingga terjadilah resesi. Di sini lah perbedaannya. Pada saat inflasi tinggi, kemudian Bank Sentral AS secara moneter menaikkan suku bunga, tetapi membuat ekonomi melambat, ini berdampak negatif terhadap logam mulia maupun emas dunia.
Jadi faktor geopolitik, pada saat terjadi perang di Ukraina ini bukan lagi fundamental. Tapi geopolitik yang sangat kental sekali. Karena pasokan energi dari Rusia ke Eropa dan Inggris terhenti. Sedangkan kedua negara, Uni Eropa dan Inggris masih ketergantungan komoditas energi dari Rusia. Sehingga ekonominya sekarang ini masih mengalami permasalahan. Bahkan inflasinya di atas 11 persen, itu di bulan-bulan sebelumnya. Sekarang kan sudah mulai menurun. Apalagi Jerman merengek-rengek, minta agar keran impor gas terbuka, karena kebutuhan masyarakat besar.
Ini sedikit lebih baik, karena sudah ada satu kesepahaman antara Rusia dengan Jerman yang akan merambah ke negara-negara Uni Eropa lainnya. Sehingga saya berharap akan ada satu keputusan damai di Ukraina. Karena sekarang bukan lagi perang Rusia dengan Ukraina, tetapi NATO.
Sehingga dalam kuartal pertama dan kedua, kemungkinan besar akan terjadi fluktuasi, dan harga emas akan turun. Di tahun 2022, itu di 1.617 dolar AS per toz. Di tahun 2023 ini akan mencapai level di 1.500-an dolar AS per toz, sangat wajar sekali. Kita kembali berkiblat ke belakang, di mana di tahun 2016 sempat mencapai level terendahnya di 1.160 dolar AS per toz. Itu level terendah, bahkan saat itu di-suspend dalam perdagangan internasional. Tetapi di 2023 kalau menyentuh level terendahnya di 1.500 dolar AS per toz ini sangat wajar sekali. Karena kondisi geopolitik yang memanas, dan bank sentral masih menaikkan suku bunga ini akan menjadi momok yang utama, dan harga emas dunia akan kembali lagi ke level 1.500 dolar AS per toz. Kemudian merangkak di kuartal ketiga dan kuartal keempat, ini harga emas dunia dan logam mulia kembali lagi mengalami kenaikan.
Karena ada anggapan di tahun 2023 pemerintah mengatakan rupiah akan menguat. Tetapi ada kemungkinan di kuartal pertama dan kedua, rupiah akan mendekati di Rp16 ribu. Sehingga orang mengatakan logam mulia masih bagus ini, harganya masih di atas Rp1 juta per gram. Ini karena pelemahan mata uang rupiah yang terjadi.
Ilustrasi emas, logam mulia (IDN Times/Sunariyah)