Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
keklapis.cf

Puisi untuk Ubak dan Umak

Padamu ku mulai belajar rasa cinta yang kokoh

Padamu ku mulai belajar rasa ikhlas yang tak tertandingi

Padamu ku mulai belajar rasa sayang yang kokoh

Padamu mengutarakan rasa cintaku yang tak tertandingi  

Terlebih dari lisan yang selalu buatmu berduka

Terlebih dari perbuatan yang selalu buatmu muram

Jasamu tak pernah terbalaskan oleh apapun didunia ini

Perjuanganmu yang perih tak pernah kau rasakan

Deritamu yang kau tutupi tak pernah kau umbar  

Tak akan pernah habis rasa cintaku yang kokoh

Padamu yang melahirkan tubuh ini ke dunia

Tak akan pernah padam rasa peduliku yang tak tertandingi

Padamu yang memberikanku makan dengan tangan ikhlasmu

Padamu yang memberikanku minuman dengan tangan sabarmu

Padamu yang memberikanku cerita kehidupan dengan dongeng sayangmu

Tak akan pernah jemu lisanmu yang terus mengingatkanku  

Melihat wajahmu akan menenangkan dalam tidurku

Ini harapanku terlebih aku mulai beranjak besarTak salah aku mengharapkan hadirmu

Biar kupendam rasa rinduku untukmu

Hanya bisa aku tahan bersama tiap nafas yang mengalir dari dalam tubuh ini

Engkau MahaKarya Tuhan, kasih sayang kalian kokoh tak tertandingi.                


Puisi kehidupan sepotong kenangan bersama Ubak dan Umak 26 tahun yang lalu, di kala tubuh mungil ini yang masih belum genap 40 hari baru saja dilahirkan di muka bumi ini. Hanya empat piring, sendok, handuk yang dibawa untuk memulai hidup mengubah nasib. Sungguh pilunya jika untuk  bertahan hidup saja sulit.

Kadang nasi dan minyak goreng saja lauk sehari-hari, sudah cukup untuk menahan lapar. Namun wajah Ubak dan Umak masih tetap tersenyum. Umak masih menggendong tubuh ini dengan wajah sabar dan ikhlas. Menatap masa depan dengan harapan yang pasti, bibir Umak tak henti-hentinya  berdoa. Masih teringat betapa Ubak dari berjalan kaki keliling mencari nafkah hingga sore hari tak kenal lelah demi menghidupi anak dan istrinya.

Sedangkan Umak ikut mencari pundi-pundi uang, bangun subuh untuk menjual gorengan di pinggir perkantoran, dari jam 2 siang hingga malam. Berapa jam kakinya yang kokoh menopang tubuhnya berdiri menggoreng berjam-jam, tak pernah ia mengeluh sedikitpun.  

Ubak dan Umak dirimu hanya lulusan sekolah dasar namun ke empat anakmu semua sudah berhasil mengenyam pendidikan sarjana. Masih teringat dulu saat pertama kali pergi kesekolah di antar Ubak berjalan kaki. “Suatu saat kita akan memiliki rumah.” ucapnya berjalan melewati rumah-rumah yang mewah, karna pada saat itu kami mengontrak rumah yang amat sangat sederhana, tak lama berselang Ubak menjual rumah di desa.

Ubak mulai membeli sepeda untuk kendaraan ia mencari nafkah berkeliling. Hingga waktu itupun tiba lambat laun perekonomian keluarga mulai membaik dari yang dulu hanya berjalan kaki kini Ubak mampu membeli sepeda motor. Tidak sampai disitu saja, Ubak diam-diam membeli rumah.

Berangsur ia membeli dari semen, jendela, pintu, kunci, trali  dan lain-lain hingga Ubak mengumpulkannya menjadi sempurna. Saat diriku menginjak bangku sekolah menengah ke atas, Ubak memperlihatkan rumah tersebut kepada istri dan anak-anaknya. Sungguh mahakarya Ubak yang sangat istimewa.

Terimakasih Ubak untuk maha karyamu yang kokoh tak tertandingi. Bukan itu saja, sungguh aku menangis saat wisuda. Karena aku tahu perjuangan Umak dan Ubak dalam menyekolahkan kami empat bersaudara.

Gelar cumlaude kupersembahkan untuk Umak dan Ubak, inilah putri bungsumu yang engkau gendong dulu. Sudah menjadi sarjana dengan menyandang predikat pujian sebagai maha karyaku untuk kalian. “Anakku tersayang engkaulah harapanku, doaku semoga keberuntungan selalu mengiringi tiap langkahmu”. Umak dan Ubak doa kalian selalu terkabul, apapun yang ku inginkan selalu beruntung, langkahku dipermudahkan Allah.  

Hidupkan mimpi di atas cakrawala yang kokoh

Walau tak kuat tapi coba untuk bertahan tak tertandingi

Hidupkan impian sampai menembus langit ketujuh yang kokoh

Walau mulai meredup diterpa angin dan badai yang tak tertandingi

Coba untuk terus melangitkan impian yang kokoh

Inilah hidup akan terus bergerak maju walau pelan dan tak tertandingi

Hingga berada di atas puncak impian yang kokoh

Maha Karya doa orang tua sangat kokoh tak tertandingi melaju pesat tak tertandingi

Editorial Team

EditorSusan