Lahirku menjebakmu dalam monoton dan sepi
Hari-hari lelahmu berderet menjelma jadi memori
Bersama tangisku yang berdendang macam biasa
Membuatmu banyak menduga dan meraba
Kau semakin peka meski aku tiada kata
Sedang malam merengkuhmu dalam lelap yang resah
Dan pagi tetap datang membangunkanmu dengan kejamnya
Tapi kau setia menabung embun yang sejuknya tak kunjung sempat mengecupmu
Katamu,
Namaku mengisi hampir seluruh bait pintamu
Sedang namamu nihil dari doamu sendiri
Kala itu kukira kau lupa
Ternyata rengekku membuatmu lekas mengaminkan doa
Banyak doamu mengantung di langit malam
Yang kau amin-kan sendiri saban hari
Kidungmu yang mengalun memecah heningku
Kidung yang tak terlalu merdu namun menyulut api rindu
Hingga berkobar membakar diri yang rapuh
Tak terasa jutaan waktu dan bayangmu beradu
Memori-memori lama menenggelamkanku dalam nostalgia
Kenangan hari itu berputar bak pusaran badai yang sempurna
Badai hari itu membunuh sebagian nyalaku
Memaksaku bertahan dalam temaram tanpa jeda
Hari di mana kau melebur dalam hampa
Pulang pada pelukan Sang Maha
Lalu tinggal di rumah yang disebut baka
Bu, aku di sini hanya bisa melanjutkan doa
Absen dan kosongmu boleh abadi
Tapi tak kan kubiarkan mimpi-mimpimu mati