Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu dan anak (unsplash.com/M.T ElGassier)
ilustrasi ibu dan anak (unsplash.com/M.T ElGassier)

Lahirku menjebakmu dalam monoton dan sepi

Hari-hari lelahmu berderet menjelma jadi memori

Bersama tangisku yang berdendang macam biasa

Membuatmu banyak menduga dan meraba

Kau semakin peka meski aku tiada kata

Sedang malam merengkuhmu dalam lelap yang resah

Dan pagi tetap datang membangunkanmu dengan kejamnya

Tapi kau setia menabung embun yang sejuknya tak kunjung sempat mengecupmu

Katamu,

Namaku mengisi hampir seluruh bait pintamu

Sedang namamu nihil dari doamu sendiri

Kala itu kukira kau lupa

Ternyata rengekku membuatmu lekas mengaminkan doa

Banyak doamu mengantung di langit malam

Yang kau amin-kan sendiri saban hari

Kidungmu yang mengalun memecah heningku

Kidung yang tak terlalu merdu namun menyulut api rindu

Hingga berkobar membakar diri yang rapuh

Tak terasa jutaan waktu dan bayangmu beradu

Memori-memori lama menenggelamkanku dalam nostalgia

Kenangan hari itu berputar bak pusaran badai yang sempurna

Badai hari itu membunuh sebagian nyalaku

Memaksaku bertahan dalam temaram tanpa jeda

Hari di mana kau melebur dalam hampa

Pulang pada pelukan Sang Maha

Lalu tinggal di rumah yang disebut baka

Bu, aku di sini hanya bisa melanjutkan doa

Absen dan kosongmu boleh abadi

Tapi tak kan kubiarkan mimpi-mimpimu mati

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team