Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi melihat ke atas tebing berbatu dan berpohon
ilustrasi melihat ke atas tebing berbatu dan berpohon (pexels.com/Mike Kutz)

Di bawah sisa-sisa hujan yang pergi,

akar tanpa suara menembus kehangatan tanah

mereka menyapa: "kau tak sendiri"

Aku belajar membaca jejak mereka,

benang rindu yang tersimpan dulu

kini muncul sebagai aliran getah

yang melunakkan batu-batuku

Tak ada yang sempurna dalam tumbuh,

tapi di antara retakan, cahaya masuk

seperti jari-jari bayi menggapai

ruang kosong yang kau tinggalkan

Aku bukan batu yang kau lemparkan,

tapi akar yang terus mencengkeram

menyerap air dari luka yang kau sembunyikan

Kapan terakhir kita berbagi udara?

Saat daun berguguran atau saat embun

mengenalkan kita pada kelembapan yang sama

Sekarang aku tahu,

setiap akhir yang kau panggil

adalah panggilan untuk berakar lebih dalam

Dan aku, yang dulu pergi mencari cahaya

kini berdiri di bawah dedaunan

menjadi jembatan antara tanah dan langit

dengan akar-akar yang berbisik,

"kita tumbuh, meski tak pernah menyatakan"

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team