Tiap jalan berbatu, entah besar pun kecil
Dianggapnya adalah jalan yang halus
Berjalan tanpa alas memang menjadi hal terlumrah
Untuk perjalanan yang tampak tak berujung
Lantangnya kata yang ia punya
Selalu hanya dalam hati, bahkan mimpi
Karena diamnya bahkan lebih dari sekadar seribu bahasa
Rumah, adalah dirinya sendiri
Tiap elusan pundak, juga hanya ia yang melakukan
Setelah itu tersenyum, tapi tidak dengan kedua pasang mata
Semua disimpan baik karena ia telah terbiasa
Semua juga disimpan rapi karena kembali lagi
Ia memang hanya seorang diri