Di senja yang redup, angin datang perlahan,
Menyentuh ujung rambut dan kenangan yang tertinggal,
Ada suara lembut membawa pesan tanpa nama,
Tentang perpisahan yang tak sempat diucapkan dengan kata.
Ia berhembus dari arah yang dulu kau lalui,
Menyelipkan aroma langkahmu di antara desir dedaunan,
Seolah waktu ingin menahan, tapi tak punya daya,
Sebab setiap hembusnya adalah pamit yang halus dan dalam.
Kini aku berdiri di antara sunyi dan harap,
Mendengar angin memanggil namamu dari kejauhan,
Barangkali ia hanya utusan dari kenangan lama,
Yang ingin berkata, selamat tinggal dengan lembutnya luka.
