Cinta yang diam di matamu mengawal tangga nada ceria
dan musim-musim paling gelap bernama televisi
sementara aku terdesak sebagai juru pembuka jendela
harus menyigi wajah pelengkap pagar kawat berduri
Kita mungkin berhasil mencuri hujan dari kantung malam
dibarter hiasan lampu Natal sebuah loteng rumah
dan tiba-tiba aku lupa semua bantal habis terendam
sisakan pundakmu; tempat teduh lunak merah menyala
Jantung terbelit, pecahkan satu dua sesak nafas
atau izinkan pacu tubuh merakit ujung tulang rusuk
dan berlakulah sepuluh kecup sama dengan harga bau pelabuhan
kita muntab, persis kirab pengantin tersuruk di sawah
Aku petualang yang lahir dari pasangan pemusik amatir
pencerca radio dan plagiarisme, pekerjaan itu terlalu sepele
meski subuh hari berarti bergelas-gelas bir, atau kopi, atau urin
dan ketiduran bersama orang-orang di emperan toko berkat lagu terlarang
Cinta yang diam di matamu tetap jadi nyala tungku
padamkan pemberontakan di dadaku yang belum matang
dan tetap saja sobekan baju pada gagang pintu kamar
tandai pertemuan dua badai yang lupa jalan pulang
(Makassar, 2017–2018)