Kecemasan menumpahkan cat berwarna gelap pada wajah dan tubuh malam.
Sementara degup-degup gelisah lahir dari rahim rembulan tua
yang sedang menjahit baju untuk kesepianku.
Orang-orang di luar sana, merayakan sedih dengan meminum kopi,
dan aku – ialah bubuk hitam yang larut di dalam gelas-gelas duka para pesakitan.
Lalu, pada malam-malam yang gamang.
Aku tetap berdiri di bawah lampu jalan yang pucat,
sambil menemani diriku – aku menuangkan iba pada wajah orang-orang,
mencurahkan lara pada prasangka orang-orang.
Sebab tiada guna lagi usia menampung tubuh
yang telah ringkih merengkuh hidup.
