Senja kembali mengetuk jendela
Menyulam jingga di kaki semesta
Angin semilir menyentuh wajah sang puan
Kala menanti tuan pulang ke peraduan
Adakalanya sang puan merapuh
Terbenam dalam lautan tanya
Adakalanya sang puan menjelma riuh
Menggengam harap pada kata yang paling sederhana
Andai tuan sudi mengerti
Sambutlah ia meski hanya sesekali
Dekapmu adalah temaram yang menenangkan
Menghidupkan kembali nyala yang sempat padam
Lalu tataplah dengan saksama
Bagaimana lekuk bibirnya merekah
Sorot sendu yang semula layu
Kini berpendar, bersemi malu