Aku belajar tersenyum di hadapan dunia,
meski dadaku penuh luka.
Senyum itu topeng,
yang menutupi hujan dalam jiwa.
Orang-orang melihat bahagia,
padahal aku hanya menutup luka.
Di balik topeng itu,
ada cerita yang tak ingin kusuarakan.
Setiap hari, aku berpura-pura,
menjadi aktor di panggung dunia.
Senyum adalah naskah,
yang harus kuhafal tanpa salah.
Namun malam datang tanpa penonton,
dan topeng itu akhirnya kuletakkan.
Di cermin aku berhadapan dengan diri,
yang letih menanggung sunyi.
Aku ingin ada yang mengerti,
bahwa senyum tak selalu berarti.
Kadang ia hanya jembatan,
agar orang lain tak jatuh dalam kesedihan.
Maka jika kau melihatku tertawa,
jangan cepat percaya.
Mungkin di baliknya,
ada hujan yang tak pernah reda.