Matamu memandang kerlipan
lampu temaram di sudut bistro tua
heran, dimana dan kapan datang
sementara detik waktu berlalu ria
menunggu ia, tak kunjung tiba
Ketukan tangan menimbul irama
pada rasa bosan yang kian menjadi
menguap lelah dan terkantuk-kantuk
ah, hanya buang-buang waktu
pikirmu sembari mendengus kesal
Mengapa masih sabar menunggu
padahal suratnya telah digenggam
dengan ultimatum paling benderang
bahwa yang kau tunggu telah tiada
di jalan sudut bistro tua
