Aku pernah menjadi manusia dalam doa seseorang
Kini hujanlah yang menepuk pundakku
Setiap tetes menulis ulang sejarahku
Tanpa tinta, tanpa pengakuan
Di taman ini, burung pun malas menatap
Mereka tahu, aku bukan bagian dari pagi
Lalu rumput tumbuh di kakiku seperti maaf yang basi
Dan angin meniup nama yang sudah mati
Ada suara yang memanggil, tapi hanya pantul
Irama kosong dari mulut langit
Aku ingin menjawab, tapi bibirku marmer
Beku oleh janji yang tak pernah datang
Gerimis berlama-lama di kepalaku
Seolah ingin membuatku mengerti
Bahwa terkadang, menjadi batu
Adalah satu-satunya cara untuk tidak runtuh