Kau injak ia dengan kata-kata
Kau bengkokkan bahagianya dengan kalimat pedas
Bahkan tanpa suara, hanya lantunan huruf di atas layar
Kau anggap dirinya adalah pantas
Untuk menerima semua cercaan
Kau anggap dirinya adalah layak
Untuk dikucilkan dan merasa hina
Toh hanya satu orang, balasmu
Bukankah satu terlalu banyak bila itu perihal jiwa?
Mengapa kau anggap rendah?
Jiwa-jiwa yang patah pun ingin bahagia
Jiwa-jiwa yang patah selalu berharap akan menemukan rumah
Sebab, sebelum kata menyerah dilayangkan
Ada seribu satu pencobaan dan beribu tanda tanya
Bagaimana cara mengeja bahagia?