Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
http://pixabay.com

Debu-debu kapur tulis itu tersapu

waktu, kini menumpuk di sudut-sudut

ruang ingatan, sudah terajut.

Papan itu sempat hitam

pekat, bagai malam.

kapur tulis itu, lentera

terangnya abadi. Bahkan matahari iri.

Kau ukir satu tambah satu

lantas tidak terhingga.

menyimak ceritamu tentang keluarga budi

hingga kini si budi tumbuh dewasa

Apalah arti sebuah puisi

jika tanpa A B dan C yang kau ajari.

seisi kepala ini tiada berarti

tanpa goresan kapur tulis yang putih dan suci.

Celanaku dahulu berwana merah, penuh semangat.

perjalanan panjang membuatnya membiru.

hingga warnanya menjadi kusam, kelabu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team