Langit tak pernah menuntut penjelasan,
Ia cukup menampung segala beban.
Dari tawa yang lirih hingga tangis yang patah,
Semua larut di birunya yang pasrah.
Kita boleh berdusta pada dunia,
Namun tidak pada udara yang menjaganya.
Ia hafal suara yang kita simpan,
Juga doa yang gugur sebelum sempat diucapkan.
Kadang kita berdiri terlalu lama,
Menatapnya tanpa kata.
Hanya berharap ia mengerti,
Betapa rapuhnya hati yang kita kunci.
Meski hujan turun tanpa aba-aba,
Kita tahu itu jawabannya.
Bukan untuk memberi alasan,
Tapi untuk membersihkan yang tak terucapkan.
Dan setiap kali kita menengadah,
Langit akan tetap ada.
Bukan untuk bertanya,
Tapi untuk mendengar—selamanya.