Aku adalah bayangan dari cahaya yang letih,
melarung pada lantai senja
tanpa tahu siapa yang berdiri di ujungnya.
Kota ini adalah jaring laba-laba,
kutinggalkan jejak di simpul-simpul lengangnya—
tapi tak satu pun menangkapku utuh.
Langit menulis namaku dengan tinta kabut,
angin membacanya pelan,
namun daun-daun hanya diam,
seperti mereka tahu aku tak akan tinggal lama.
Aku bukan burung yang ingin terbang tinggi,
hanya kelopak gugur yang menari
menuju tanah yang tak pernah kurenungi.
Dan barangkali,
di balik tikungan waktu yang samar,
ada musim yang menungguku diam-diam—
bukan untuk menetap,
tapi sekadar menjadi hujan
yang singgah,
dan menghidupkan sesuatu
yang hampir lupa tumbuh.
