Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang wanita di bawah pemandangan langit jingga (pexels.com/Eugene Golovesov)

Akulah Majnun pada kisah Layla yang baru
Menjadikan doa bahasa cinta paling candu
Kusimpul namamu di katup bibirku
Kumantrakan agar Tuhan memberi restu

Namun, aku sendiri sedang engkau menyebut nama lain tiap pagi
Kita kejar-kejaran mengejar nama yang menggaris untuk pergi
Sedang di selasar hati, aku menjumpaimu terengah
Meneguk tiap rintik air mata gerimis yang mulai jengah

Hati siapa tak iba
Bukannya mendongak dengan percaya
Aku justru memungut serpihan cederamu
Menangkal lukamu dengan satu-satunya penawar milikku

Pada detik waktu yang hampir menggerus harapku
Aku memutus berhenti merapalkanmu
Doa tak lagi kuantar agar kita tak bertengkar di selasar milik Tuhan
Anganku lantas kubakar tanpa pernah sempat kita rayakan

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team