Aku menunggu kabarmu
seperti menunggu angin
yang tak jadi singgah
di jendela pagi kamarku.
Aku menyebut namamu pelan
agar tidak mengganggu sepi
yang sejak tadi duduk
di ruang penantian rinduku.
Kabar itu tak datang;
yang tiba hanya diam
yang tak pandai menjelaskan
ke mana perginya suaramu.
Di ladang melon
yang kau sirami itu,
aku melihat rinduku sendiri
tumbuh perlahan,
seperti cinta
yang tak pernah kau maksudkan
untuk hidup.
