Ketika aku merenung dalam kesendirian
Aku masuk ke dalam diriku sendiri
Aku berjalan di sebuah lorong-lorong yang panjang
Di sana, ku melihat kelakuanku selama ini
Saat aku melihat kelakuan burukku
Aku sedih, aku sangat menyesal
Air mataku bercucuran deras, hatiku bagaikan diiris-iris
Sungguh sangat menyedihkan
Aku sangat sedih
Melihat kelakuanku itu, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri
Kenapa? Kenapa, kok, masih ada orang yang menganggapku baik?
Menganggapku alim? Padahal tidak seperti itu kenyataannya
Mungkin saja Tuhan menutupi kekuranganku
Dengan sarana pujian dari orang lain
Atau malah, pujian-pujian orang lain itu
Merupakan sindiran dari yang Maha Kuasa untukku?
Jika demikian, aku akan terus berusaha memperbaiki diri
Dari perenunganku itu, aku menemukan kesadaran
Bahwa, sebuah kekurangan bukan untuk ditutupi dan disesali
Tetapi, untuk diperbaiki
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Merenungi Diriku Sendiri

Merenung (pexels.com/Pixabay)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorDebby Utomo
Follow Us