Kala malam bersalin rupa,
rambat cahyanya lembut dalam belantara hati,
membasuh duka, mengurat akar,
mengurai benang pada takdir kusut.
Di mimbar waktu yang meluruh,
kuperas keluh pada lembayung senja,
tatkala gelap mengatupkan matahari,
hening menggema, gugurkan nestapa.
Di ambang keabadian ringkih,
angin membawa desah doa usang,
merapal teduh pada badai diri,
mengusik bayang yang berlabuh di nurani.
Bagai embun mengguyur padang gersang,
sunyi menjalar pada relung purba,
menyulam jubah jiwa yang terkoyak,
bak sutra terlambai teduh.
Sepasang sayap harap terkembang,
berembus beban terkerak di pundak,
bertanggap nirwana dalam riuh sunyi,
di mana damai menanam akar abadi.