Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Rumah Ibu Semakin Gelap

Ilustrasi orang-orang berkumpul di jalan (unsplash.com/prananta haroun)
Bulan maret dua ribu dua puluh lima
Sepasang mata dari kita terbelalak
Lantaran lapar, seisi perut terkoyak
Hari ini kudengar ibu pertiwi sedang sekarat
Pilar-pilar emas hancur, asap kelabu pucat
mengepul dari dapur
Entah, kali ini penguasa memasak apa
Muak melihatnya sibuk berdrama
Merah darah lindang
Menyisakan putih tulang
Tak cukupkah mendengar jeritannya?
Adil tak adil, mematuhi wajib hukumnya
Bahkan busuk pun harus kita telan
Konon, surga di telapak kaki ibu
Dituntut mencintai ibu pertiwi
Sedang penguasa asyik tumpang kaki
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorKen Ameera
Follow Us